Senin, 08 Mei 2017

ASAL USUL HANTUEN


Seri 1
Tanggui Dare.
   Kita tentu pernah dengar yang disebut HANTUEN atau dalam bahasa Laut disebut Kuyang,namun dalam bahasa Dayak yang dimaksud dengan Kuyang adalah santet/kiriman ilmu sesat yang menyebabkan tujuan menjadi kesurupan perpanjangan dan sulit diobati kalau tidak di ketahui asal-usul Kuyang tersebut.
Dari manakah terjadinya HANTUEN?
Disini penulis membagikan salah satu asal usul HANTUEN dari 40 macam HANTUEN yang salah satunya terjadi Kalimantan tengah tepatnya disebuah tempat yang bernama Baras samayang yang bertempat disalah satu sungai yang tidak disebutkan namanya.
  Pada saat itu di sebuah Betang yang terletak di Baras Samayang ada seorang Bawi Kuwu (Puteri Piningit) yang merupakan anak dari seorang tumenggung yang juga tidak disebutkan namanya.
Kegiatan sang Bawi Kuwu selama di Piningit hanyalah menganyam rotan (mandare) dengan berbagai bentuk dan jenis,d an Bawi Kuwu tersebut akan di buka piningitannya tepat pada usia 21 tahun atau dengan istilah Hantelu Uju Nyelu apabila sebelumnya belum dilamar oleh pemuda yang berketurunan tumenggung atau sederajat dengannya.
Mendekati usia 21 tahun Sang Bawi Kuwu membuat sebuah Tanggui Dare yang akan dibawanya keluar dari kamar piningitannya,dan Tanggui Dare tersebut diisi dengan ilmu kesaktian yang dipercaya oleh suku Dayak ngaju akan membawa keberuntungan Bagi Pemiliknya/Pemakainya.
Tepat usia 21 tahun Kamar Piningit pun di buka oleh sang tumenggung dan sang Bawi Kuwu merasa gembira karena pada hari itu iya sudah bisa melihat alam bebas,sang Bawi Kuwu pun keluar Rumah Betang dengan memakai Tanggui Dare buatannya menuju ke tepi sungai dimana disitu terdapat sebuah Rakit tempat permandian keluarga Rumah Betang,iya pun turun melalui tangga menuju Rakit tersebut,namun ditengah-tengah tangga tiba-tiba iya diserang oleh Pusuk Manyawung (angin puting beliung) sehingga Tanggui Dare yang di pasang di kepalanya terbang terbawa Pusuk Manyawung tersebut,sang Bawi Kuwu membatalkan niatnya turun ke Rakit karena mengejar Tanggui Dare yang iya sayangi itu dan berharap bisa jatuh kembali atau tersangkut di pohon,namun harapannya hampa karena Tanggui Dare tersebut terbang ke awan hingga tidak dapat terlihat oleh mata,sang bawi Kuwu pun kembali ke Kamar Piningitnya dengan hati sedih,iya bersumpah apabila ada orang yang mendapatkan Tanggui Dare tersebut iya akan mengambilnya kembali apapun syaratnya dan berapapun harganya.

  Sementara itu di tempat lain di hari yang sama tepatnya di desa Sepang tengah Ramai penduduk desa berkumpul disebuah ladang milik seorang Putera tumenggung,iya bernama Antang Taoi,pada hari itu mereka akan menanam padi di ladang yang sangat besar,ditengah keramaian tersebut semua orang dikejutkan oleh benda aneh yang menari-nari dari langit dan turun ke tengah-tengah ladang tersebut,semua orang berlomba ingin mendapatkan benda aneh tersebut,namun benda tersebut seolah-olah bisa menghindari tangan banyak orang yang ingin menyentuhnya,Antang Taoi sang putera Tumenggung pun bangkit berdiri iya pun tertarik ingin menyentuh benda tersebut karena tak satu pun yang bisa menyentuhnya,Antang Taoi melompat dan mengulurkan tangannya menangkap benda itu,ia pun berhasil mendapatkanya dan ternyata benda tersebut adalah Tanggui Dare yang tiada lain adalah milik Bawi Kuwu dari Baras Samayang,Antang Taoi merasa gembira tiada terduga karena mendapatkan Tanggui Dare yang sangat indah tida duanya,iya menganggap itu adalah pemberian sahur parapah,tunggal sangomang atau pemberian Hatala padanya sebagai pembawa keberuntungan. Sore harinya mereka pun pulang ke desa Sepang kota,Antang Taoi pun mulai meminta petunjuk dari ayah dan ibunya,namun tidak mendapatkan hasil,iyapun tidur dan mengharapkan petunjuk dari mimpinya namun tidak juga mendapatkan petunjuk,setelah berhari-hari lamanya tidak mendapatkan petunjuk iyapun memutuskan untuk melakukan perjalanan mencari pemilik Tanggui Dare tersebut,iya penasaran ingin melihat wajah pembuat Tanggui Dare yang begitu indah itu,iya meyakini kalau itu adalah buatan manusia karena sudah berhari-hari lamanya iya tidak mendapatkan petunjuk fungsi dari Tanggui Dare tersebut.
Setelah berpamitan kepada kedua orang tua dan kerabatnya yang lain,Antang taoy pun mulai mengayuh perahu nya ke Kahayan hulu sambil berdagang,di Kahayan hulu juga tidak ditemukan pemilik Tanggui Dare tersebut,bahkan tak seorang pun yang tertarik ingin membelinya karena tentunya harganya tidak mungkin terjangkau,Antang Taoi dan teman-temannya pun kembali memutar haluan dan milir ke arah Kahayan Kuala,namun tidak juga ditemukan pemilik Tanggui Dare tersebut,sehingga iya pun kembali masuk dan menemukan sebuah sungai yang bernama Batang Danum Sempeng Jarenang,iyapun memasuki sungai tersebut sambil berdagang,bayak pedukuhan sudah dilaluinya hingga tibalah iya di sebuah tempat yakni Baras Samayang yang terdapat sebuah Rakit Dari pohon kayu yang begitu bagus,iya pun menambat perahunya di Rakit tersebut,beberapa teman nya naik ke Betang mengabarkan Antang Taoi sedang berdagang berbagai macam kebutuhan hidup,sang tumenggung pun turun bersama jipenya untuk berbelanja,namun sang tumenggung tidak memperhatikan Tanggui Dare yang dipajang terbentang supaya mudah terlihat,namun salah satu jipen melihat Tanggui Dare tersebut dan segera melaporkan kepada Bawi Kuwu,Bawi Kuwu pun turun ke Rakit untuk melihat,dan iya yakin itu adalah Tanggui Dare buatannya.
Lalu Bawi Kuwu bertanya siapakah pemilik Tanggui Dare tersebut kepada jipen yang berjualan,sang jipen menjawab kalau Tanggui Dare itu milik tuanya dan tidak di jual,sang Bawi Kuwu berpesan kepada jipen supaya tuanya Antang Taoi berkenan berkunjung kebetangnya dan menginap satu atau dua malam sebelum melanjutkan perjalanan berdagangnya,setelah itu sang Bawi Kuwu dan tumenggung kembali ke Betang kediamannya.
  Jipen pun menyampaikan kan pesan dari bawi Kuwu kepada tuanya Antang Taoi,iyapun penasaran apakah gerangan perundingan yang diinginkan sang Bawi Kuwu kepadanya sehingga iya meminta untuk berkunjung bahkan menginap di betangnya.
Pada sore harinya Antang Taoi dan jipennya pun naik berkunjung kebetang,mereka disambut hangat oleh sang tumenggung,setelah sekian lamanya berbincang-bincang dengan tumenggung,Antang Taoi pun menjadi penasaran karena belum sampai pada perbincangan inti sehingga iya pun bertanya kepada tumenggung ada apakah gerangan kepentingan sang Bawi Kuwu memintanya berkunjung bahkan memintanya menginap satu atau dua malam,sang tumenggung pun menjadi heran karena tidak tahu arah pembicaraan Antang Taoi,sehingga iya pun memanggil putrinya Bawi Kuwu untuk keluar.
Dari dalam kamar Piningit Bawi Kuwu pun keluar,Antang Taoi menjadi kaget melihat kecantikan Bawi Kuwu yang luar biasa,sesaat iya hanya terpaku ketika Bawi Kuwu menyalaminya,Bawi Kuwu lalu duduk dan mulai membuka pembicaraan langsung menuju inti pembicaraan,iya berkata: tadi saya turun ke kapal dagang yang bertambat di Rakit tempat permandian kami,di dalam kapal itu saya tertarik dengan satu barang yakni Tanggui Dare,siapakah pembuat dan pemilik barang tersebut,apakah kamu sendiri,dan berapakah Anda menjualnya? 

  Di dalam hal ini saya tidak berani mengatakan kalau Tanggui Dare tersebut buatan saya dan memberi kepastian berapa harga jualnya karena sesungguhnya barang tersebut bukan milik saya dan tidak dapat di jual.
  Namun Bawi Kuwu kembali bertanya: bagaimana caranya supaya saya bisa memiliki barang tersebut dan apa syaratnya?
 Namun Antang Taoi kembali berkata bahwa tidak ada jalan untuk memiliki barang tersebut selain pemiliknya yang memberi syaratnya,karena sebenarnya tujuan perjalanan saya ini bukanlah berdagang,melainkan mencari pemilik Tanggui Dare itu untuk dikembalikan kepadanya,karena saya yakin sang pemilik pasti sangat menginginkan barang itu kembali kepadanya,kata Antang Taoi.
Bawi Kuwu menarik napas dalam dan kembali bertanya,bagaimana asal-usul barang tersebut sehingga bisa berada di tangan kamu?
  Antang Taoi kembali menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan Tanggui Dare tersebut sehingga iya sekarang bisa berada di Baras Samayang.
Kalau demikian bolehkah kamu bawa Tanggui Dare itu ke betang sekarang juga,siapa tahu kami disini bisa membantu kamu mencari pemiliknya,soalnya kami disini semua kenal dari bentuk anyaman rotan disepanjang Batang Danum Sempeng jarenang, Gunung Kamndih Sambang dan Batang Danum Pahampan Barun,Guhung Kanikap Penyang.
 Pada saat itu juga Antang Taoi memerintahkan jipennya mengambil Tanggui Dare dari perahu dagangnya,sesampainya jipen tersebut kembali ke Betang dengan membawakan Tanggui Dare,Sang Tumenggung kaget melihat Tanggui Dare itu tiada lain dan tiada bukan adalah  milik anaknya Bawi Kuwu,dan sang Bawi Kuwu meneliti dgn seksama setiap baris motif Tanggui Dare tersebut.
Sang tumenggung tidak sabar menyatakan kepada Antang Taoi kalau Tanggui Dare tersebut adalah milik anaknya Bawi Kuwu,lalu sang Bawi Kuwu menceritakan bagaimana hilangnya Tanggui Dare tersebut,dengan demikian maka Antang Taoi pun mengembalikan Tanggui Dare tersebut kepada pemiliknya sang Bawi Kuwu, Bawi Kuwu pun merasa sangat bahagia dan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Antang Taoi,demikian juga dengan Antang Tao,ia juga bahagia karena rasa penasaran yang selama ini menyelimuti dirinya dapat dihapus dengan bertemunya sang pemilik Tanggui Dare,di suasana bahagia itu sang tumenggung bertanya kepada Antang Taoi yang berhati mulia itu mengenai asal usul Antang Taoi,Antang Taoi pun menceritakan bahwa dirinya adalah putera seorang tumenggung dari desa Sepang,dan pada malam yang berbahagia itu Antang Taoi pun melamar Bawi Kuwu untuk dijadikan pendamping hidupnya,demikianlah perjalanan Antang Taoi mencari pemilik Tanggui Dare dan sekaligus mendapatkan calon pendamping hidupnya untuk selama-lamanya,iyapun kembali ke desa Sepang mengabarkan berita yang bahagia itu kepada kedua orang tuanya,dengan demikian terjadilah perkawinan Antang Taoi dan Bawi Kuwu dari Baras Samayang,singkat cerita Antang Taoi dan Bawi Kuwu pun berbulan madu dengan berbagai kegiatan sebagai pelengkap kebahagiaan mereka,dan suatu ketika mereka berdua mengayuh perahu untuk mencari ikan dengan menggunakan jala,namun hari itu ternyata hari sial sehingga mereka berdua hanya mendapatkan Satu ekor ikan Tahuman,mereka pun mengayuh perahu menuju Rakit d Baras Samayang,sesampainya dirakit tempat permandian mereka,tiba-tiba hujan turun dengan begitu lebatnya sehingga keduanya beranjak dari perahu dengan tergesa-gesa,sampai-sampai ikan Tahuman yang mereka dapatkan pun tertinggal di dalam perahu mereka dan di ambil saat pagi di hari berikutnya,namun alangkah terkejutnya Antang Taoi dan Bawi Kuwu setelah sampai di perahu yang hampir tenggelam oleh derasnya hujan semalaman,terlihat oleh mereka seorang bayi laki-laki menangis karena kedinginan di dalam perahu,lalu mereka memungut bayi tersebut,mereka bertanya-tanya siapakah gerangan yang meninggalkan anaknya di dalam perahu yang hampir tenggelam,sementara disekitar Betang yang mereka tempati sebenarnya tidak ada seorangpun yang memiliki bayi,setelah diteliti bayi tersebut mempunyai sisik ikan Tahuman di bagian bawah ketiak,lalu mereka berdua kembali mencari ikan Tahuman yang tertinggal di dalam perahu kemaren sore,namun mereka tidak menemukan ikan tersebut,karena curiga dengan sisik di bagian bawah ketiak bayi tersebut dan mencoba melepaskan sisik tersebut sang bayi menangis kesakitan, karena sisik itu memang menyatu dengan daging bayi tersebut dan jelaslah sudah kalau sang bayi adalah jelmaan dari ikan Tahuman yang mereka tinggalkan pada hari sebelumnya.

                  

                       

Sang bayi dibawa pulang  ke Betang kediaman mereka dan diasuh oleh Bawi Kuwu,semakin hari sisik di bagian ketiaknya perlahan-lahan menghilang dan berubah menjadi kulitnya tanpa meninggalkan bekas,dan sang bayi diberi Nama Antang Taong.
  
  Setelah sang bayi yang berasal dari ikan Tahuman tersebut berumur 2 tahun Antang Taoi berencana mengajak beberapa jipen untuk membuat jalan dari Baras Samayang menuju ke desa orang tuanya yakni desa Sepang sebagai sarana mengunjungi orang tuanya disana,begitu juga sebaliknya,orang tuanya dapat berjalan dari desa Sepang menuju Baras Samayang.
  Rencana Antang Taoi disambut baik oleng isterinya Bawi Kuwu beserta tumenggung sebagai mertuanya,sehingga dalam waktu tidak begitu lama jalan tersebut mulai dikerjakan,namun di tengah perjalanan Antang Taoi bersama jipenya diganggu oleh keanehan yang tidak terungkap oleh jipen-jipennya sehingga setiap hari kerja membuat jalan tersebut,jikalau tengah hari mereka semuanya merasa lapar dan istirat sejenak dipondok yang mereka buat khusus untuk sementara,namun sesampainya di pondok nasi yang mereka masak begitu banyak supaya saat tengah hari dapat dimakan kembali tanpa repot memasak selalu habis,begitu terus setiap hari,nasi selalu habis tanpa ada yang tau siapa yang memakannya.
Hal ini mengundang tanda tanya dalam hati Antang Taoi,sehingga suatu ketika Antang Taoi berangkat bekerja,namun ia tidak sampai pada tujuan kerja,hal ini disengajakan karena iya ingin kembali ke pondok untuk mengintai penyebab habisnya bahan makanan yang sudah masak setiap hari.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar