Senin, 12 Juni 2017

ADANYA KEHIDUPAN DIBULAN


 
Seri 3.
        Misteri Hewan Buruan.

   Berburu adalah sebuah petualangan yang sungguh menyenangkan,namun dibalik petualangan yang  menyenangan itu ada banyak hal yang bisa membahayakan bagi pemburu dan orang lain karena melakukan perburuan sudah tentu menggunakan senjata tajam sejenis tombak bahkan senjata api.
Bahaya bagi diri sendiri adalah adalah diterkam hingga terluka bahkan mati oleh binatang buruan.
Sedangkan bahaya bagi orang lain adalah bisa salah sasaran sehingga yang pemburu lihat adalah binatang buruan sehingga ia bisa di tombak bahkan ditembak mati oleh pemburu,padahal setelah didatangi ternyata korban buruan yang tadi terlihat adalah hewan buruan ternyata seorang manusia.
Kedengarannya hal itu sangat aneh,akan tetapi hal itu sudah memakan korban ratusan bahkan ribuan manusia jika di hitung dari sejak awal kejadian itu sendiri.
Terjadinya hal demikian bukanlah karena pemburu tidak teliti melihat hewan buruannya,menurut suku Dayak Ngaju kejadian tersebut disebabkan karena adanya PARASAT (Darah Hewan) yang terkandung pada diri manusia sehingga korban yang sebenarnya manusia terlihat seperti binatang pada saat pemburu membidikan tombak atau pun senjata lain ke arah korban.
Menyikapi hal demikian tentunya pemburu harus mengetahui KAJI PATUA orang tua jaman dahulu supaya tidak terjadi korban manusia didalam berburu binatang.

Apakah KAJI PATUA yang dimaksudkan?
Untuk mengetahui jawabannya mari kita simak cerita dibawah ini karena didalam cerita ini ada tertuang KAJI PATUA yang dimaksudkan,Selamat membaca.

   Kedatangan Manyamei Hatuen Petak disambut senyuman manis dan perasaan mengharu diru oleh Kameluh Tempun Bulan di rumahnya kembali,bahagia bercampur sedih membuat lidahnya menjadi kaku dan sulit untuk berkata,namun ia berusaha memendam dalam-dalam rasa sedihnya,suasana menjadi hening untuk sesaat,yang bisa ia lakukan hanyalah menggandeng tangan Manyamei Hatuen Petak masuk kerumahnya dari ambang pintu,mereka pun duduk didalam keheningan suasana.

  Kameluh Tempun Bulan membuka kehingan itu dengan kata-kata lembut menyatakan kalau mulai hari itu Manyamei Hatuen Petak adalah suaminya yang syah dan sebagai Raja baginya,ia menginginkan suaminya agar jangan sungkan-sungkan meminta apapun yang ia perlukan untuk kebutuhan Rumah tangga bersama di Planet Bulan.
 Manyamei Hatuen Petak hanya bisa menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju,mulai hari itu mereka membina Rumah tangga sebagai suami isteri.
Tidak ada pesta pernikahan seperti layaknya dialam Bumi karena tidak ada seorang manusia pun penghuni bulan selain Kameluh Tempun Bulan sendiri.

Kameluh Tempun Bulan adalah orang yang terpilih oleh Sang Pencipta Alam Semesta atas takdir yang dipilih oleh Kameluh Tempun Bulan sendiri sehingga iya terbuang dari orang tuanya dari alam lain,tidak disebutkan bagaimana cerita kejadiannya disini sehingga garis takdirnya hidup di Planet Bulan,yang jelas ia hanya ditemani Tujuh ekor anjing yang setia menuruti kehendaknya,dan ia juga tau kalau ia akhirnya bertemu Manyamei Hatuen Petak berdasarkan takdir untuk menjadi suaminya dan mereka akan melahirkan manusia-manusia yang akan hidup di tempat itu untuk selamanya,karena tidak akan ada orang lain lagi mampu mencapai bulan jikalau tidak melalui Manyamei Hatuen Petak sebagai dasar pembuka jalan menurut garis takdirnya oleh Sang Pencipta Alam Semesta Raya.

  Hari demi hari mereka lalui dengan bahagia,mereka berbulan madu hanya dengan berburu binatang untuk dijadikan hiburan tambahan kebahagiaan mereka,kalau dulu Kameluh Tempun Bulan tidak pernah turun lapangan untuk mencari binatang buruan,namun lain hal nya sekarang ia turun bersama sang suami tercinta dengan tujuan berbulan madu sekaligus memperkenalkan suaminya kepada alam lingkungan di keliling Planet Bulan.

  Suatu ketika Sang Ratu Kameluh Tempun Bulan menyatakan kepada Manyamei Hatuen Petak kalau isterinya yang di Bumi nanti malam akan melahirkan anak laki-laki,ia mengingatkan kepada suaminya supaya bersiap-siap turun ke bumi menghadiri kelahiran puteranya,dan hanya saat itu ia bisa turun kebumi bertemu dengan anak dan isterinya,dan ia harus kembali sebelum matahari terbenam di ufuk barat,hal ini adalah permintaan yang aneh bagi Manyamei Hatuen Petak,karena saat itu hari sudah senja,larangan itu merupakan pantangan yang tidak boleh ia langgar demi keselamatan hidup anak dan isterinya yang berada di bumi. Namun apabila anaknya sudah datang menemuinya di Planet Bulan maka pantangan itu akan berakhir sebagian yakni: ia boleh turun kebumi dengan tujuan membantu sanak keluarganya yang terkena musibah dan memerlukan pertolongan darinya.
 Manyamei Hatuen Petak pun mempersiapkan dirinya untuk berangkat.

   Malam telah tiba Manyamei Hatuen Petak berpamitan pada isterinya Kameluh Tempun Bulan. Kameluh Tempun Bulan merestui kepergian suaminya,ia meminta suaminya menunjuk jari telunjuknya menuju suatu tempat yang terlihat bersinar berwarna kuning kehijauan yang terlihat dari depan pintu,sang suami menuruti permintaan isterinya,tiba-tiba dari jari telunjuk Manyamei Hatuen Petak mengeluarkan sinar terang benderang yang semakin jauh semakin lebar hingga menyinari tempat yang ditujukan,dan secara singkat jarak antara tempat itu dan tempat mereka sekarang kelihatan sangat dekat bahkan hampir bersanding,bulatan yang bersinar yang tadinya sangat jauh kini sangat dekat dan tidak lagi seperti bulatan bersinar kuning kehijauan melainkan terlihat sebuah perkampungan dengan beberapa buah Rumah berdinding kulit kayu hutan dan beratapkan daun alang-alang,selanjutnya sinar yang terlihat dari jari telunjuk Manyamei Hatuen Petak berubah menjadi sebidang jalan dari depan pintu tempatnya berdiri menuju perkampungan yang terdiri dari beberapa Rumah saja.
Manyamei Hatuen Petak menjadi heran dengan keanehan tersebut,padahal ia tidak pernah bisa melakukan hal tersebut sebelumnya,namun belum lagi rasa heran yang menyelimuti dirinya hilang,isterinya Kameluh Tempun Bulan menyuruh nya segera berangkat,ia kembali mengingatkan kalau puteranya sudah lahir maka ia harus segera kembali ke bulan sebelum matahari terbenam di ufuk Barat.

Manyamei Hatuen Petak pun berangkat menembus kegelapan malam menuju perkampungan yang terlihat masih terang benderang,kepergiannya adalah untuk memenuhi janji pada isterinya agar berada disamping isterinya saat iya melahirkan anaknya.

Anehnya perjalanan yang tadi gelap kini mulai kelihatan terang akhirnya terang bagaikan siang,ia menatap ke langit ufuk timur,terlihat olehnya Sang Surya memancarkan sinarnya di ufuk timur,hal ini menandakan kalau malam tiba di bulan berarti sudah siang di bumi,Manyamei Hatuen Petak baru menyadari mengapa Kameluh Tempun Bulan mengingatkan ia supaya kembali sebelum matahari terbenam.

 Sesampainya di perkampungan yang tadi terlihat yang tiada lain adalah kampung halamannya,sang isteri hampir melahirkan anaknya,dimana saat itu Bidan Kampung sudah berada didalam kamar menangani isterinya yang sedang sakit perut. Beberapa saat setelah kehadiranya,isterinya pun melahirkan anak laki-laki dengan selamat dan tidak terlalu bersusah payah,bahkan isterinya bisa berjalan ke sana kemari seolah tidak pernah merasa baru saja melahirkan anaknya,ia menggendong anaknya ke sana kemari sambil bercakap-cakap dengan bidan dan Sang suami,suasana demikian memudahkan Manyamei Hatuen Petak menyampaikan pantangan dari Kameluh Tempun Bulan isterinya yang di bulan. Setelah Bidan Kampung kembali ke kediamannya Manyamei Hatuen Petak menyampaikan pesan-pesan itu kepada isterinya,karena rasa sedih yang menyelimuti dirinya Sang isteri hanya bisa meneteskan air mata namun tidak bisa berbuat apa-apa.

  Sang suami pun kembali sebelum matahari terbenam di ufuk barat d kini sudah tiba kembali ditempat kameluh Tempun Bulan. Iya langsung masuk dan menyampaikan keadaan aneh pada isterinya yang dengan mudah melahirkan anak pertama mereka,yang janggal adalah isterinya sedikitpun tidak merasakan sakit sebagaimana layaknya orang lain melahirkan anaknya sehingga ia bisa berjalan kasana kemari,Kameluh Tempun Bulan hanya tersenyum dan berkata kalau itulah wujud dari kekuasaan sang pencipta alam semesta.

  Mendengar perkataan Kameluh Tempun Bulan yang demikian ia pun kembali bertanya bagaimana iya bisa mendekatkan tempat perkampungan yang begitu jauh sehingga dapat dilihat dari depan pintu dan apakah kekuasaan Kameluh Tempun Bulan setara dengan kekuasaan tuhan?
Kembali isterinya Kameluh Tempun Bulan tersenyum-senyum mendengar pertanyaan konyol dari suaminya,seraya Kameluh Tempun Bulan menjawab kalau kekuasaannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Tuhan,yang terjadi itu juga wujud kekuasaan Tuhan,karena sebenarnya jarak yang dimaksud Manyamei Hatuen Petak suaminya tidak pernah berubah karena jalan yang dilalui Manyamei Hatuen Petak adalah jalan pintas yang sudah diatur oleh kekuasaan Tuhan,dan jalan itu adalah jalan dari alam gaib menuju alam nyata,jikalau melalui alam nyata maka akan memakan waktu yang sangat panjang,dan ia juga mengatakan kalau waktu di alam gaib berbeda jauh dengan waktu di alam nyata,itulah sebabnya kampung halaman di bumi (Petak) dapat terlihat dengan jelas dan sangat mudah untuk mendatanginya.

Manyamei Hatuen Petak pun manggut-manggut saja mendengar penjelasan isterinya,lalu isterinya mengajak nya untuk segera masuk ke kamar untuk segera beristirahat sebelum fajar menyingsing dan tidur dengan lelapnya.
  Keesokan harinya setelah mereka bangun dari tidur Kameluh Tempun Bulan memanggil 7 ekor anjingnya dan mengatakan kalau mereka harus tunduk dan patuh atas apapun yang diperintahkan oleh suaminya karena suaminya Manyamei Hatuen Petak sekarang adalah raja yang paling berkuasa di bulan.
Semua anjing-anjing itu pun patuh atas apa yang dikatakan Kameluh Tempun Bulan,lalu anjing-anjing itu kembali ke tempatnya masing-masing yang sudah di tentukan Kameluh Tempun Bulan jauh sebelum kedatangan Manyamei Hatuen Petak.
Jadi setiap Kameluh Tempun Bulan dan suaminya Manyamei Hatuen Petak berburu mereka tidak perlu turun tangan untuk mendapatkan binatang buruan,melainkan anjing-anjing itu sendiri yang mendapat kan dan membunuh hewan-hewan buruan.

  Entah berapa tahun lamanya Manyamei Hatuen Petak dan isterinya Kameluh Tempun Bulan hidup bersama,namun mereka belum juga memiliki keturunan sebagaimana layaknya suami isteri yang lain. Baik Manyamei Hatuen Petak dan Kameluh Tempun Bulan tidak pernah merisaukan hal itu bahkan mereka belum pernah membicarakan tentang keturunan,hingga suatu ketika di pagi yang cerah Manyamei Hatuen Petak terlebih dahulu terbangun dari tidur,ia pun keluar dari kamar dan meninggalkan isterinya yang masih tidur,baru saja ia keluar dari kamar,lalu terdengar olehnya suara ketujuh anjing-anjing sedang menggonggong dari kejauhan hingga akhirnya semakin dekat kerumah,isterinya pun terbangun dari tidur dan menyerukan supaya suaminya segera melihat apakah gerangan yang di gonggong anjing-anjing tersebut,Sang Raja Bulan pun menengokan kepalanya dari jendela,terlihat olehnya seekor anak babi berlari kesana-kemari menghindari kejaran ke Tujuh anjing besar itu,namun anjing-anjing itu sengaja tidak menggigit anak babi tersebut sehingga babi tersebut menceburkan dirinya ke tempat permandian yang tidak jauh dari Rumah Tinggi tempat kediaman mereka,buru-buru Sang Raja Manyamei Hatuen Petak mengambil tombak dan turun dengan tergesa-gesa,hal itu membuat isterinya cemas dan segera keluar kamar lalu menengok suaminya yang membawa tombak mendatangi anak babi yang sedang di gonggong anjing-anjing tersebut.
Sesampainya di tempat permandian Sang Raja menghardik anjing-anjing itu karena tidak segera menggigit anak babi itu seperti biasa,ketujuh anjing itu pun segera memenuhi permintaan Rajanya,sehingga anak babi tersebut tidak dapat bergerak kemana-mana,dan Sang Raja pun menikamkan tombaknya pada anak babi,rupanya anjing-anjing itu menggigit anak babi hanya untuk menahan anak babi agar tidak bisa berlari. Ratu yang menegok dari jendela menginginkan Sang Raja Bulan itu melerai anjing-anjing tersebut dan melarangnya Sang Raja malahan mengulangi penombakan pada anak babi,anjing-anjing itu melepaskan anak babi tersebut karena mendengar permintaan Sang ratu mereka,Sang Raja Bulan itu pun berhenti sejenak,namun anak babi yang baru ditombaknya satu kali terlihat ingin melarikan diri sehingga Sang Raja kembali menombak,Sang Ratu berteriak-teriak melarangnya,namun Sang Raja dengan kejam membunuh anak babi tersebut,sang ratu pun turun dari Rumah dengan maksud menghentikan Sang Raja,namun terlambat karena saat ia turun dari Rumah anak babi sudah benar-benar mati dan penuh dengan luka tusuk di sekujur tubuhnya.

  Sesampai di tempat permandian Kameluh Tempun Bulan bertanya kepada suaminya mengapa ia begitu tega membunuh orang yang tidak bersalah.

Manyamei Hatuen Petak kembali melihat kearah babi yang di bunuhnya seraya berkata,anjing-anjing itu setengah membangkang perintahku untuk membunuh anak babi ini,sementara kamu mengatakan aku membunuh orang yang tidak bersalah,padahal seharusnya aku yang bertanya mengapa mereka membiarkan hewan buruan yang datang sendiri,hari-hari sebelumnya malah susah payah mencari ketempat yang jauh, dan juga tidak pernah kita turun tangan membunuh binatang buruan kita,begitu pula engkau mengatakan aku membunuh orang yang tidak bersalah,mana pernah babi punya salah kepada kita,mereka ditakdirkan untuk kita jadikan lauk sebagai teman makan nasi,itulah kata-kata Manyamei Hatuen Petak kepada isterinya Kameluh Tempun Bulan.

Sang Ratu pun bertanya kepada Sang Raja,apakah kamu yakin kalau yang sudah kau bunuh itu adalah babi?
Sang Raja menjawab sudah tentu saya yakin,bahkan sebelum saya turun dari Rumah hingga saat sekarang tetap saja babi.
Apakah menurut kamu itu adalah orang? Kata Sang Raja Bulan.
Sang Ratu Bulan pun menjawab itu adalah orang,kalau kamu tidak percaya silahkan kamu menggosok kedua belah mata kamu sebanyak 3 kali berturut-turut jikalau satu atau dua kali gosok kamu masih belum jelas untuk melihatnya,kata Sang Ratu Bulan.

Sang Raja Bulan pun menuruti apa yang dikatakan isterinya,sekali gosok ia tetap melihat babi,kedua kalinya juga tetap babi dan untuk yang ketiga kalinya ia dengan jelas melihat kalau yang ia bunuh adalah anak manusia sebagaimana dirinya sendiri,hal itu membuat ia menyesal karena baru menyadari kalau itu adalah anak manusia,ia pun membawa mantat anak itu kerumahnya dengan tujuan supaya dikuburkan sebagaimana layaknya orang mati,ia pun bertekad akan mencari orang tua anak tersebut untuk bertanggung jawab atas dosanya yang telah membunuh orang dengan tanpa ada masalah.
Kini Manyamei Hatuen Petak hanya bisa bersedih dan menyesali perbuatannya,barulah ia sadar mengapa anjing-anjing itu setengah membangkang perintahnya dan isterinya juga melarangnya menyakiti anak babi tersebut lebih-lebih membunuhnya. Karena merasa bersalah Sang Raja Bulan yang baru menjabat beberapa tahun itu meminta petunjuknya kepada isterinya kemana harus menemui orang tua dari anak tersebut untuk mengantarkan anak itu sekaligus mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah membunuh anak kecil itu.

 Namun jawaban isterinya benar-benar tidak pernah terbayangkan oleh Manyamei Hatuen Petak sebelumnya,sang ratu menjawab kalau ia tidak perlu pergi dari Rumah untuk mencari orang tua anak tersebut karena anak itu adalah kandungnya sendiri yang ia kunjungi di bumi saat kelahirannya,mendengar jawaban isterinya,wajah Manyamei Hatuen Petak menjadi merah karena tidak percaya dan dipermainkan dan merasa tidak percaya akan perkataan isterinya Kameluh Tempun Bulan.

Ia menatap tajam kearah isterinya,namun isterinya Kameluh Tempun Bulan kembali berkata,apakah aku pernah berbohong atau mempermainkan suamiku? Kata Kameluh Tempun Bulan,ketahuilah suamiku,ia adalah anak kandungmu sendiri dan yang membunuhnya adalah kamu sendiri,itulah sebabnya anjing-anjing itu tidak menuruti perintahmu,penglihatan mereka tidak salah seperti penglihatan mu,itu juga sebanya saya melarang kamu sejak awal,tapi kamu malah dengan cepat membunuhnya sehingga ia mati.

Mendengar kepastian bahwa anak itu adalah anak kandungnya sendiri,maka Manyamei Hatuen Petak pun menangis tersedu-sedu seperti anak kecil sambil memeluk jenazah anaknya,segala unek-uneknya ia keluarkan semua,karena anaknya harus meninggal tanpa pernah ia sempat puas menggendongnya disaat bayi hingga sudah sebesar sekarang,bahkan ia sama sekali tidak mengenal anaknya sendiri.
Kameluh Tempun Bulan menyuruh suaminya menangis sepuas-puasnya dan mengingatkan suaminya kalau pengalaman itu agar agar menjadi suatu pelajaran dikemudian hari,ini juga peringatan baginya kalau untuk saat ini ia masih harus dibimbing olehnya dan harus mendengarkan pendapat darinya sebelum melakukan tindakan.

 Hingga akhirnya Manyamei Hatuen Petak menyadari kalau penyesalanya tidak ada gunanya karena kematian anaknya tidak mungkin dibatalkan karena rasa penyesalan,ia pun memutuskan untuk mengurus penguburan bagi anaknya sebagaimana layaknya orang yang sudah meninggal dunia.
 Namun isterinya Kameluh Tempun Bulan berkehendak lain sehingga ia bertanya kepada suaminya,tidak adakah rasa inginmu melihat anakmu kembali kepada isteri di sana? Itu kata Kameluh Tempun Bulan.

Manyamei Hatuen Petak menjawab,kalau saja aku bisa mengembalikan waktu sehingga aku bisa mendengarkan perkataan mu tadi mungkin anakku masih hidup sekarang karena aku tidak pernah berniat membunuh anakku sendiri atau anak orang lain,kejadian ini murni karena aku abaikan apa yang kau katakan sehingga aku hanya bisa menyesal kemudian.

Jikalau memang niatmu tidak membunuh anakmu tentunya kamu tidak akan mengubur anak ini,sebaiknya kamu ambil bunga itu dan oleskan di seluruh luka di tubuh anakmu,kalau niatmu benar maka anakmu akan hidup seperti sedia kala,kata Kameluh Tempun Bulan kepada suaminya Manyamei Hatuen Petak.

Manyamei Hatuen Petak pun menoleh kearah bunga berwarna putih yang di tunjuk oleh isterinya Kameluh Tempun Bulan,ia juga menatap isterinya dengan penuh pertanyaan,isterinya pun berkata kalau ia bersungguh-sungguh menginginkan suaminya mengambil bunga yang ditunjuknya dan mengoleskannya sendiri di luka-luka yang terdapat di sekujur tubuh jenazah anaknya.
   
Nah pemirsa sampai disini dulu kisah ini,kelanjutan kisah ini akan dilanjutkan dalam seri berikutnya.

Bersambung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar