Pada zaman dahulu kala umat manusia telah mendiami bumi selama
sembilan turunan dan selama sembilan turunan itu manusia masih belum
bisa mati/meninggal dunia. Dan pada saat itu manusia pertama yakni
Maharaja Bunu seringkali menceritakan indah dan ramainya alam
khayangan/sangiang serta di mana tempat persemayaman Ranying
Hatala/Tuhan Yang Maha Esa dan pesan-pesan suci dari Ranying Hatala
sebelum mereka diturunkan oleh Ranying Hatala ke Bumi ini dari alam
lapis tujuh.
Setelah sembilan turunan dilalui hingga tibalah turunan selanjutnya tibalah saatnya Ranying hatala menjemput Maharaja Bunu serta keturunannya yang sudah berumur sembilan turunan dan mengambilnya satu persatu sesuai janjinya mendiami bumi tanpa melalui kematian. Setelah habis manusia sembilan turunan tersebut manusia masih belum ada yang meninggal dunia karena rata-rata berumur panjang. Namun rasa rindu dengan nenek moyang yakni Maharaja Bunu dan keturunannya yang telah kembali ke alam Hatala tanpa melalui kematian tidak akan pernah luput dan hilang dari ingatan mereka sehingga menghadirkan persatuan dan keinginan yang kuat untuk menyusul nenek moyang mereka kealam Hatala dengan cara mambangun menara yang besar dan tinggi dari ulin hingga mencapai langit lapis tujuh untuk bisa bertemu nenek moyang mereka dan ingin bertemu langsung dengan Ranying Hatala sehingga akhirnya mereka di buatlah menara tinggi mencakar langit namun belum ada tanda-tanda melewati langit lapis satu. Namun usaha dan kegigihan mereka tidak akan pernah berhenti meskipun belum melewati langit lapis satu.
Melihat hal itu, Ranying Hatala yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, dan Ranying Hatala itu Maha ada, Maha Tau dan Maha segalanya tentunya tidak ingin melihat manusia bersusah payah mencapai langit lapis tujuh dan berusaha ingkar dengan takdir mereka yang tidak bisa bertemu dengan Ranying Hatala tanpa melalui kematian sehingga Ranying Hatala mengatasinya dengan kekuasaanya untuk membatalkan niat umat manusia.
Karena kebesaran kekuasaan Ranying Hatala sehingga tumbuhlah jamur-jamur yang kelihatan enak di makan pada nenara tersebut. Jamur-jamur itu disebut oleh umat manusia pendiri menara dengan nama "Kulat Sipa" kerena jamur tersebut berwarna merah seperti darah/ air simpa, dan semua yang bekerja mendirikan menara itu tanpa ragu-ragu memakan jamur-jamur tersebut bersama-sama karena mereka sangat yakin jamur tersebut adalah pemberian dari Ranying Hatala sebagai makanan untuk mempermudah pekerjaan mereka dengan tidak perlu repot mengambil bahan makanan dari rumah mereka.
Namun setelah memakan jamur-jamur tersebut mereka senua nengalami perubahan bahasa dan saling tidak mengerti apa yang di katakan satu sama lain sampai sampai ada yang meminta memegang bahan malah melepaskan, ada yang meminta memasang malah melepaskan, ada yang meminta disambungkan malah dipotong yang dikerjakan hingga akhirnya yang dikerjakan malah dibongkar habis hingga rata dengan tanah seperti sedia kala.
Hal itulah yang memisahkan mereka dari persatuan hingga mereka hidup terpecah belah karena terjadi perbedaan bahasa serta mereka semua lupa akan Ajaran atau Wahyu dari Ranying Hatala yang berguna bagi kehidupan mereka sehingga keturunan-keturunan mereka tidak tahu tatacara rukun kematian dari mnemandikan jenazah, penguburan dan lain sebagainya.
Setelah sembilan turunan dilalui hingga tibalah turunan selanjutnya tibalah saatnya Ranying hatala menjemput Maharaja Bunu serta keturunannya yang sudah berumur sembilan turunan dan mengambilnya satu persatu sesuai janjinya mendiami bumi tanpa melalui kematian. Setelah habis manusia sembilan turunan tersebut manusia masih belum ada yang meninggal dunia karena rata-rata berumur panjang. Namun rasa rindu dengan nenek moyang yakni Maharaja Bunu dan keturunannya yang telah kembali ke alam Hatala tanpa melalui kematian tidak akan pernah luput dan hilang dari ingatan mereka sehingga menghadirkan persatuan dan keinginan yang kuat untuk menyusul nenek moyang mereka kealam Hatala dengan cara mambangun menara yang besar dan tinggi dari ulin hingga mencapai langit lapis tujuh untuk bisa bertemu nenek moyang mereka dan ingin bertemu langsung dengan Ranying Hatala sehingga akhirnya mereka di buatlah menara tinggi mencakar langit namun belum ada tanda-tanda melewati langit lapis satu. Namun usaha dan kegigihan mereka tidak akan pernah berhenti meskipun belum melewati langit lapis satu.
Melihat hal itu, Ranying Hatala yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, dan Ranying Hatala itu Maha ada, Maha Tau dan Maha segalanya tentunya tidak ingin melihat manusia bersusah payah mencapai langit lapis tujuh dan berusaha ingkar dengan takdir mereka yang tidak bisa bertemu dengan Ranying Hatala tanpa melalui kematian sehingga Ranying Hatala mengatasinya dengan kekuasaanya untuk membatalkan niat umat manusia.
Karena kebesaran kekuasaan Ranying Hatala sehingga tumbuhlah jamur-jamur yang kelihatan enak di makan pada nenara tersebut. Jamur-jamur itu disebut oleh umat manusia pendiri menara dengan nama "Kulat Sipa" kerena jamur tersebut berwarna merah seperti darah/ air simpa, dan semua yang bekerja mendirikan menara itu tanpa ragu-ragu memakan jamur-jamur tersebut bersama-sama karena mereka sangat yakin jamur tersebut adalah pemberian dari Ranying Hatala sebagai makanan untuk mempermudah pekerjaan mereka dengan tidak perlu repot mengambil bahan makanan dari rumah mereka.
Namun setelah memakan jamur-jamur tersebut mereka senua nengalami perubahan bahasa dan saling tidak mengerti apa yang di katakan satu sama lain sampai sampai ada yang meminta memegang bahan malah melepaskan, ada yang meminta memasang malah melepaskan, ada yang meminta disambungkan malah dipotong yang dikerjakan hingga akhirnya yang dikerjakan malah dibongkar habis hingga rata dengan tanah seperti sedia kala.
Hal itulah yang memisahkan mereka dari persatuan hingga mereka hidup terpecah belah karena terjadi perbedaan bahasa serta mereka semua lupa akan Ajaran atau Wahyu dari Ranying Hatala yang berguna bagi kehidupan mereka sehingga keturunan-keturunan mereka tidak tahu tatacara rukun kematian dari mnemandikan jenazah, penguburan dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar