Batang Haring
Senin, 25 September 2017
MIMBIT AREP ATAU KEHAMILAN DAN UPACARA RITUALNYA SERTA PANTANGAN-PANTANGANNYA DALAM KEYAKINAN AGAMA KHARINGAN
Mimbit Arep adalah istilah yang digunakan dalam budaya Dayak Ngaju untuk menyebutkan peristiwa kehamilan seorang wanita yang sedang mengandung anaknya, secara harfiah Mimbit Arep berarti Membawa Diri, dalam artiannya; membawa diri saja dalam berjalan atau bekerja. Timbulnya istilah ini disebabkan karena rasa cinta seorang suami kepada istrinya menurut kepercayaan dan adat-istiadat orang dayak dari zaman nenek moyang kalau wanita yang sedang hamil itu tidak boleh bekerja berat sebagaimana layaknya wanita yang sedang dalam keadaan normal atau tidak hamil.
Adapun kegiatan yang dilakukan keluarga bagi seorang wanita yang sedang hamil adalah “Ngehet Kahang Badak” (biasnya dilakukan bulan ke-3 kehamilan) yang bertujuan untuk ketahanan tubuh wanita yang sedang hamil dan anak yang sedang di kandungnya dan supaya bayinya tidak lahir prematur. Upacara ini biasa dilaksanakan dengan mengikat palis pangereng pada pinggang wanita tersebut.
Sebagai pelengkap palis pangereng tersebut biasanya dilakukan upacara Ritual Nyadiri Tihi yang bertujuan untuk memberikan sesajen kepada penghuni bawah air yakni Rakyat Jatha Sangkuada Bapager Hintan seperti Hantu Laut,Kanarihing Ganan Danum dan lain-lain yang Disebut dengan Istilah Bujang Labata Rayung Tantan Gunting,Ginteng Tolong Tabang Beang Tampak Mangkuk Darap Kajang yang bertempat tinggal di Batang Danum Pangguk Pantar Guhung Bagiring Gunting. Hal ini dilakukan karena merekalah yang paling sering mengganggu kehamilan apabila tidak ada bagian dari bayi yang dikandung oleh wanita yang sedang hamil,apabila hal itu terjadi maka akibatnya bisa fatal,itulah sebabnya di adakan Upacara-upacara ritual Nyadiri (Memberi pengganti yang sama) dengan mengubah patung dari tepung beras menjadi manusia yang sama wajah, body,Tutur suaranya,tingkah lakunya dan lain sebagainya dengan menggunakan kekuasaan malaikat yang sudah di tentukan oleh sang pencipta alam semesta ini.
Upacara selanjutnya yaitu: "Manyaki Tihi/Manyaki Dirit" yaitu mamalas wanita yang sedang hamil dengan darah ayam atau babi yang diiringi doa manyaki tihi. Upacara manyaki tihi di pimpin oleh seorang Basir/Pisur, yang bertugas manyaki selain Basir/pisur yang utama adalah suami wanita tersebut. Upacara ini biasanya dilakukan keluarga pada kisaran bulan kelima kehamilan.
Adapun upacra ritual selanjutnya adalah “Manggantung Sahur Kehamilan” bagi wanita yang sedang Mimbit Arep / Hamil, tujuannya supaya wanita tersebut melahirkan anaknya dengan selamat tanpa halangan ataupun rintangan yang berakibat fatal/kematian. Upacara ini biasanya di laksanakan mulai 6-7 bln usia kehamilan.
Selain upacara-upacara di atas masih banyak yang di lakukan oleh wanita yang sedang hamil terutama pantangan/amalan kehamilan. Beberapa pantangan yang diamalkan adalah:
tidak boleh berkata bohong
tidak boleh meminta milik milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu dari pemiliknya meskipun wanita/suaminya berniat melaporkan kemudian.
tidak boleh menertawakan kejelekan wajah orang lain atau hal-hal yang aneh pada orang lain.
tidak boleh duduk di tengah-tengah jalan masuk/pintu rumah yang besifat menghalangi jalan keluar masuk.
tidak boleh mengatai kejelekan orang lain/menggosip.
tidak boleh melilitkan handuk pada leher sewaktu berangkat atau sesudah mandi.
tidak boleh pelit apabila ada yang minta sedekah sepanjang tidak merugikan dan dipaksakan. (pali anak bahali payu aluh anak bakena atau cantik – pantang sebab nanti sang anak akan susah lakunya walaupun ia cantik atau ganteng)
dan masih banyak lagi pantangan yang lain wajib di pantangkan atau diamalkan.
Pantangan ini berlaku pada suami/isteri. Pengertian mimbit arep merupakan bukti nyata cinta kasih sayang seorang suami kepada sang istri hingga isteri yang sedang hamil tidak di perbolehkan bekerja dan berpikir terlalu berat.
Minggu, 20 Agustus 2017
UPACARA RITUAL AGAMA KAHARINGAN DAN PILOSOFISNYA DI DALAM UPACARA RITUAL TIWAH
UPACARA RITUAL AGAMA HINDU KAHARINGAN DAN PILOSOFISNYA
TUJUAN UPACARA RITUAL TIWAH.
Tiwah merupakan Upacara Ritual kematian tingkat terakhir bagi umat beragama Hindu Kaharingan.
Upacara ritual Tiwah mempunyai 5 (Lima) tujuan yaitu:
1.Untuk melepaskan segala macam sial (pali belum) dari Tarantang nule/anggota pelaksana upacara ritual tiwah.
2. Untuk mengantarkan Roh Liau Balawang Panjang (kejadiankejadian zat bapak).
3.Mengantarkan Roh Liau Karahang Tulang (kejadian zat ibu).
4. Mengantarkan Roh Liau Haring Kaharingan dan
5 Menyatukan 4 unsur diatas dengan Roh Panyalumpuk (kekuasaan Ranying Hatala yang masuk melalui ubun-ubun ketika manusia lahir/keluar dari rahim ibu dan menyebabkan adanya napas kehidupan
Keterangan:
Roh Haring Kaharingan adalah Roh yang menggerakan jantung bayi semenjak dari dalam kandungan sehingga darah berputar mengalir disekujur tubuh dan bayi tersebut sudah hidup namun belum bernapas selama didalam kandungan/Rahim ibu.
Menurut ajaran Agama Hindu Kaharingan terjadinya Unsur: Liau Balawang Panjang,Liau Karahang Tulang dan Liau Haring Kaharingan adalah perbuatan manusia sehingga manusia juga yang mengurus dan mengantarkannya ke Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang,Rundung Raja Isen Kamalesu Uhat,Lewu Tatau Je Habaras Bulau Habusung Hintan,Hakarangan Bawak Lamiang (Sorga/Alam Ranying Hatala).
Sedangkan Roh Panyalumpuk adalah perbuatan Ranying Hatala (Tuhan Yang Maha Esa) sehingga pada saat kematian akan kembali dengan sendirinya kepada Ranying Hatala tanpa ada ritualnya.
Tanpa adanya penyatuan 4 Roh tersebut maka mustahil manusia bisa hidup di dunia ini dan mustahil bisa hidup di lewu tatau/sorga.
Dengan demikian maka kematian Umat Manusia Agama Hindu Kaharingan merupakan proses kelahiran manusia kembali kealam Ranying Hatala/Sorga.
Dengan proses tersebut maka sempurnalah Manusia itu hidup dialam Ranying hatala.
Itulah tujuan dari upacara ritual Tiwah bagi umat beragam Hindu Kaharingan.
PILOSOFIS SAPUNDU DALAM UPACARA RITUAL TIWAH.
Di dalam upacara Ritual Tiwah sudah tentu adanya Sapundu (patung dari kayu sebagai tempat mengikat kerbau/sapi sebagai hewan korban),dan itu secara umum kita lihat tanpa memandang dari segi pilosofisnya,namun apabila di lihat dari segi pilosofinyanya maka fungsi Sapundu dalam upacara keagamaan Hindu Kaharingan yakni Upacara Ritual Tiwah adalah sbagai Jipen (pegawai/kariawan) yang bertugas khusus untuk memelihara Kerbau ataupun Sapi semenjak diadakan/dilaksanakanya Upacara Ritual Tiwah,dan tugas itu berlanjut sampai ke Lewu Tatau (sorga).
Hal ini dapat di ketahui langsung pada saat Basir (Rohaniwan Agama Hindu Kaharingan) menyatakan pekerjaan Sangiang Raja Duhung Mama Tandang,Langkah Sawang Apang Bungai Sangiang (malaikat yang ditugaskan khusus oleh Ranying Hatala untuk melaksanakan Upacara Ritual bagi kematian dari yang terkecil hingga tingkat terakhir Tiwah melalui Basir/Rohaniwan Hindu Kaharingan) dalam ayat-ayat suci Balian Nyalupu Paramun Ngentang Tiwah Tingang.
Segala jenis peralatan Upacara Ritual Tiwah sebenarnya semua diterangkan fungai dan tujuanya dalam ayat suci "Balian Nyalupu" saat Upacara Ritual Tiwah tersebut.
Jadi apabila ada pilosfis lain yang sifatnya mengejek atau menjelek-jelekan Upacara Ritual Tiwah dan pilosofis-pilosofisnya adalah perbuatan oknum yang mengada-ada tanpa bukti jelas (fitnah).
FUNGSI PENOMBAKAN SAPI ATAU KERBAU DALAM UPACARA TIWAH
Didalam pelaksanaan Upacara Ritual Tiwah tepatnya pada upacara puncak (Tabuh) sering kita lihat anggota pelaksan upacara Ritual Tiwah melakukan penombakan hewan korban berupa Sapi atau Kerbau,dan ini tentunya menimbulkan pertanyaan didalam hati kitakita "mengapa hewan korban harus ditombak,apakah tidak bisa disembelih langsung supaya tidak menyiksa binatang"?
Jawabanya adalah tidak bisa dan harus di tombak apabila hewan korban itu bertujuan untuk hewan Korban Tiwah,namun dalam upacara non tiwah tidak diperbolehkan melakukan penombakan.
Hal ini dikarenakan barang siapa ikut melakukan penombakan sehingga mengeluarkan darah dari hewan korban tersebut meskipun hanya setetes artinya orang itulah yang diketahui oleh "sang arwah" yang telah turut serta menyumbangkan hewan korban tersebut kepadanya,hal itu dapat diketahui oleh arwah melalui tetesan darah hewan korban tersebut,jadi darah yang keluar dari hewan korban tersebut merupakan isyarat atau tanda dan dengan kata lain darah itu merupakan sidik jari anggota yang memberikan Sapi atau Kerbau tersebut sebagai hewan peliharaan terbesar arwah di Lewu Tatau (sorga).
Dengan adanya sidik jari/tanda tersebut akan memudahkan sang arwah mengetahui kepada siapasiapa iya memberikan imbalan pahala nantinya setelah iya sudah berada di lewu tatau karena iya sudah dapat berkomunikasi langsung kepada Ranying Hatala dan dapat dengan mudah memohon kepada Ranying Hatala tanpa melalui perantara.
Jadi tujuan penombakan hewan korban dalam upacara adalah menandakan/sidik jari adanya pemberian hewan korban dari anggota tiwah kepada arwah dan disebut "bagin liau".
Jadi itulah sebabnya apabila hewan korban untuk keperluan upacara lain selain tiwah tidak di lakukan penombakan dikarenakan hewah korban tersebut bukanlah "Bagin Liau".
MANGANJAN
Sepintas lalu didalam upacara Ritual keagamaan umat Hindu Kaharingan yakni Tiwah ada sebuah kegiatan yang mirip dengan tariantarian atau hiburan belaka.
Namun hal itu tidak seperti yang kita lihat,kegiatan "Manganjan" tersebut bukanlah tarian sebagai hiburan belaka melainkan diwajibkan bagi anggota yang merasa meniwahkan sanak keluarga atau siapa saja yang ditiwahkan,hal ini di karenakan pada saat melakukan Manganjan mengelilingi "Sangkai Raya" maka pada saat itu anggota/Tarantang Nule menerima Pantis Nyalung Kaharingan Belum (menerima tetesan air suci kehidupan) yang berasal dari Sangkai Raya/Sangkai Undan. Sangkai Raya pada saat upacara tiwah selalu meneteskan air suci kehidupan semenjak basir melakukan "Balian Nyalupu Paramun Ngentang Tiwah Tingang",tepatnya pada saat balian tersebut Basir/Rohaniwan mengucapkan pekerjaan Malaikat Ranying Hatata yakni Sangiang Raja Duhung Mama Tandang sedang "Nyalupu/menyatukan" Garing Sangkai Raya Mendeng dengan Kayu Turun Bulau dan Kayu Tapang Bulau Rekap Sambe (kayu yang diabadikan Ranying Hatala untuk selalu meneteskan Air Suci Kehidupan).
Jadi bagi Tarantang Nule yang ikut Manganjan akan terkena tetesan Air Suci Kehidupan tersebut,yang sedang sakit akan segera sembuh,yang sehat akan bertambah sehat dan hidup berumur panjang karena air suci kehidupan tersebut mengandung obat-obatan untuk menyembuhkan segala macam penyakit dan memberikan umur panjapanjang bagi mereka yang menerimanya.
Bagaimanakah bagi anggota yang tidak punya waktu untuk ikut manganjan?
Itu tergantung kepada Basir untuk Memerintahkan Sangiang yang bertugasbertugas karena sangiang wajib menuruti perintah basir saat melaksanakan upacara Ritualnya sesuai dengan pesan suci Ranying Hatala (Wahyu) sebelum Maharaja Bunu diturunkan dari Sorga (Alam Ranying Hatala) ke Bumi ini Ranying Hatala Bersabda:
"iyoh bitim Raja Bunu, ela bitim ngumpang ngabehu huang dengan tambun paharim sintung due tagal bitim puna bagin matei,dapit jeha atun ungkup hamputanhamputan tambun paharim sintung due je cagar masi mawat tuntang mandohop ungkupungkup hamputan ayum buli haluli manalih aku".
Artinya:
Wahai engkau Raja Bunu,hendaknya engkau tidak perlu merasa iri ataupun cemburu kepada kedua saudaramu atas dirimu nantinya akan mengalami kematian,dari keturunan kedua saudaramu lah yang nantinya menolong keturunan kamu kembali lagi kepadaku.
Keturunan kedua saudara Raja Bunu yang dimaksud adalah Sangiang Raja Duhung Mama Tandang,Langkah Sawang Apang Bungai Sangiang.
FiLOSOPIS GERAKAN MANGANJAN
Sedangkan gerakan berirama dalam manganjan mempunyai arti dan tujuan tertentu yakni:
• Merentangkan kedua belah tangan sambil membuka kedua belah telapak tangan lalu menurumenurunkanya kebawah artinya melepaskan segala sial.
• kemudian merapatkan kedua genggaman tangan seoalah-olah mengambil sesuatu adalah menarik kekuatan alam semesta di sekitar kita yang mengandung segala kebaikan dan umur panjang,setelah itu kedua genggaman tangan diangkat kearah bagian pusat lalu menarik napas panjang lalu meneguknya (tarik kunci).
Hal itu dilakukuan berulang-ulang dalam manganjan.
MALAHAP
Malahap adalah sebuah teriakan berirama saat melakukan manganjan atau beberapa kegiatan lain dalam upacara ritual keagamaan Hindu Kaharingan.
Terikan tersebut sudah pasti mempunyai tujuan tertentu dan bukan teriakan sembarangan.
Adapun tujuan malahap adalah membuka pintu langit dan menggerakan kekuasaan Ranying Hatala dari langit supaya memberkatimemberkati apa yang sedang dilakukan oleh Tarantang Nule.
Namun didalam upacara ritual keagamaan Hindu Kaharingan Lahap terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Lahap untuk tujuan upacara ritual kematian (upacara ritual Tiwah)
2. Lahap untuk tujuan upacara ritual kehidupan (perkawinan,nampung sahur dan lain-lain bagi kehidupan manusia).
Tata cara melakukan manganjan saat upacara ritual tiwah adalah sebagai berikut:
° Ketika merentangkan tangan dan menggerakkannya ke bawah maka posisi telapak tangan dibiarkan terbuka yang diiringi dengan hembusan napas.
° Setelah mencapai arah yang dianggap sedang maka telapak tangan yang tadinya terbuka mulai di kepal diiringi tarikan napas sambil mengarahkan kepalan tangan ke pusar
° Setelah kepalan tangan mencapai pusar maka tindakan yang dilakukan adalah meneguk napas yang tadinya di tarik masuk beriringan dengan kepalan tangan tiba di bagian pusar (tarik kunci),hal ini bertujuan untuk mengunci kekuatan alam semesta disekitar kita di dalam tubuh kita.
Demikianlah ulasan beberapa bagian tentang upacara ritual keagamaan Agama Hindu Kaharingan yakni Upacara Ritual Tiwah.
Senin, 24 Juli 2017
BERTINDAK SESUAI FUNGSI JABATAN
Urutan dan Tata Cara Upacara Ritual merupakan kewajiban bagi Basir (Rohaniawan) untuk mengaturnya sehingga Upacara Ritual bisa berjalan sesuai yang kita inginkan.
Namun diruang lingkup upacara Ritual sering kita lihat adanya berbagai permainan-permainan yang termasuk "Perjudian".
Perlu kita ketahui permainan tersebut bukanlah bagian dari Upacara Ritual,itulah sebabnya permainan tersebut tidak diperbolehkan memasuki areal "Tarinting Pali/batas areal upacara ritual" yang artinya permainan tersebut lepas dari bagian upacara ritual.
Apakah Basir (Rohaniawan ) berhak menghentikan permainan tersebut?
Seperti kita ketahui kewajiban Basir adalah menyusun Tatacara upacara ritual dengan penuh konsentrasi supaya tidak terjadi kesalahan dalam upacara ritual,maka Basir bersifat netral untuk masalah yang bukan kewajibannya diluar upacara ritual.
Namun Basir berhak melarang permainan tersebut apabila memasuki areal upacara ritual yang sudah di tentukan dengan batas Tarinting Pali.
Tata cara kehidupan manusia sudah tersusun sejak adanya manusia membutuhkan peraturan hidup (Hadat Belum) sehingga dibentuklah berbagai macam perangkat-perangkat yang akan bertugas sesuai fungsinya masing-masing. Itulah alasannya Basir bersikap netral pada saat melaksanakan Upacara Ritual yang sedang di langsungkan.
Ingatlah fungsi dan jabatan kita masing-masing supaya apa yang kita lakukan tidak membuahkan hasil yang tidak kita inginkan.
Salah satu contoh fungsi jabatan masing-masing yang dimaksudkan diatas dapat kita wujudkan seperti contoh dibawah ini:
• Seorang laki-laki yang sudah menjalankan pernikahan maka laki-laki tersebut disebut sebagai seorang suami dari perempuan yang sudah ia nikahi dan suami tersebut akan menyandang jabatan atau gelar sebagai Kepala Keluarga (KK) bagi isteri dan anak-anaknya. Meskipun ia sudah menyandang jabatan KK iya tidak boleh mengatur kehidupan ataupun pekerjaan bagi anak dan isteri orang lain.
Jadi intinya kita wajib sadar dengan jabatan dan tugas yang sedang kita sandang.
Bertindaklah sebagai kepala keluarga apabila anda memang kepala keluarga,bertindaklah sebagai RT apabila anda menyandang jabatan ketua RT.(Rukun Tetangga).
Demikian tata cara hidup bermasyarakat yang baik dan benar menurut saya.
Semoga bermanfaat.
#pikirkan itu sendiri
Jumat, 21 Juli 2017
EMPAT UNSUR PENYEBAB ADANYA KEHIDUPAN MANUSIA
FILOSOFIS KEMATIAN MENURUT AGAMA HINDU KAHARINGAN (AGAM HELU)
4 unsur di dalam diri manusia adalah:
Zat bapak,zat ibu,haring Kaharingan dan panyalumpuk/hambaruan.
Panyalumpuk/hambaruan adalah roh kekuasaan Tuhan yang masuk melalui ubun-ubun saat bayi keluar dari rahim ibu sehingga bayi yang dilahirkan menjadi bernapas dan bersuara,suara itu menyerukan aku ada bersama dirimu dengan segala kuasaku.
Demikian pula saat kembali nya manusia maka panyalumpuk/hambaruan akan kembali keasalnya yakni Ranying Hatala tanpa melalui upacara ritual, hal ini dikarenakan Panyalumpuk/hmbaruan merupakan roh yang dimasukan oleh Ranying Hatala Melalui kekuasaannya,itulah sebabnya datang dan perginya panyalumpuk/hambaruan tidak diritualkan. hal ini berarti pekerjaan Ranying Hatala tidak boleh ditangani oleh manusia.
Jadi yang diritualkan menurut agama Hindu Kaharingan adalah kejadian zat bapak (liau balawang panjang) zat ibu (liau karaharang tulang) dan liau Haring Kaharingan (kekuasaan yang masuk ke dalam bentuk penyatuan Zat Bapak dan zat ibu sehingga di dalam kandungan sang bayi sudah memiliki detak jantung/sahengkuk) dalam arti sudah hidup karena jantung berdetak darah berputar (TIK)
3 unsur inilah yang harus diritualkan?
Sebabnya adalah karena 3 unsur ini datang (ada) merupakan perbuatan manusia maka tugas manusia lah yang mengurusnya kembali atau dengan kata lain bukan tugas Ranying Hatala karena manusia tidak berhak melimpahkan atau membebankan perbuatannya kepada Ranying Hatala.
Siapa yang minum racun maka ia lah yang akan mabuk,dan siapa yang memulai maka ia lah yang harus mengakhiri.
Manusia yang mengadakan maka manusia jugalan yang akan menghabiskan atau mengakhirinya.
Apakah jadinya apabila ke-3 unsur ini tidak diritualkan?
Didalam kitab suci PANATURAN Ranying Hatala Langit bersabda:
Bitim Raja Bunu akan impamuhun Mijen pantai danum kalunen,basa bitim dapit jeha buli haluli aku mahalau bagin matei,ela bitim ngumpang ngabehu Huang dengan tambun paharim Sintung due je dia bagin matei,basa ungkup hamputan paharim Sintung due te dapit jeha je tantai Masi mawat ungkup hamputan ayum buli haluli manalih aku.
Artinya meskipun keturunan Raja bunu kembali kepadanya melalui kematian,namun raja bunu tidak perlu merasa cemburu kepada kedua saudaranya yang hidup abadi dan tidak bisa mati,karena apabila saatnya nanti keturunan raja bunu kembali kepada Ranying Hatala maka keturunan Raja Sngen dan Raja Sangiang lah yang akan mengantarkan kembali keturunan raja bunu kepada Ranying Hatala.
Perlu diketahui keturunan yang dimaksudkan adalah unsur zat bapak,unsur zat ibu dan unsur liau Haring Kaharingan untuk disatukan dengan panyalumpuk/hambaruan yang telah kembali kepangkuan Ranying Hatala tanpa melalui upacara ritual,apabila tanpa adanya ketiga unsur tersebut maka mustahil manusia bisa hidup kembali dialam Ranying Hatala (lewu tatau dia rumpang tulang,rundung raja isen kamalesu uhat,lewu je habaras bulau habusung hintan,hakarangan Bawak lamiang,hampah rapiah nyonyah/Sorgaloka).
Kerena menurut ajaran agama Hindu Kaharingan manusia dapat hidup di muka bumi ini dikarenakan adanya penyatuan 4 unsur yaitu unsur zat bapak,unsur zat ibu,unsur Haring Kaharingan dan unsur Panyalumpuk/hambaruan (Roh),maka begitu pula lah yang terjadi di lewu tatau atau surgaloka,dengan bersatunya kembali ke-4 unsur tersebut maka terjadilah kehidupan manusia dia alam Ranying Hatala (sorga).
Kapankah terjadi perpisahan diantara 4 unsur tersebut?
° Saat seseorang meninggal dunia Panyalumpuk/hambaruan sudah pergi meninggalkan jasad dan kembali kepada Ranying Hatala.
° Saat Balian tantulak Liau Haring Kaharingan diantar ke lewu bukit nalian lanting (simbolis kandungan ibu),sementara itu liau Karahang Tulang (unsur Manik ibu) tetap berada di kuburan dan liau Balawang Panjang (unsur Manik Bapak) diantar kan kepada Tinggi Tingang Mama Hanyi bungai,sawang Bengkui Pengganti balu,pamangku anak tiri Saratus Jahawen Puluh di batang danum Rutas Matei,setelah itu Tinggi Tingang Mama Hanyi Bungai menempatkan liau Balawang Panjang tersebut disebut tempat yang disebut Balau Bulau Karung Kajang,Sali Rabia Bilit Bila (simbolis rahim bapak)sebagai tempat sementara untuk menunggu proses penyatuan ke-4 unsur tersebut melalui upacara Ritual ke Agamaan Tiwah
Berbahagialah orang-orang yang beragama Hindu Kaharingan karena konsep-konsep dan pilosofis-pilosofis agama Hindu Kaharingan sudah sangat sesuai dengan kelahiran manusia ke alam manusia dan kealam Ranying Hatala (sorga),itulah sebabnya proses kematian umat beragama Hindu Kaharingan merupakan proses kelahiran kembali ke alam Ranying Hatala.
Tabe...
4 unsur di dalam diri manusia adalah:
Zat bapak,zat ibu,haring Kaharingan dan panyalumpuk/hambaruan.
Panyalumpuk/hambaruan adalah roh kekuasaan Tuhan yang masuk melalui ubun-ubun saat bayi keluar dari rahim ibu sehingga bayi yang dilahirkan menjadi bernapas dan bersuara,suara itu menyerukan aku ada bersama dirimu dengan segala kuasaku.
Demikian pula saat kembali nya manusia maka panyalumpuk/hambaruan akan kembali keasalnya yakni Ranying Hatala tanpa melalui upacara ritual, hal ini dikarenakan Panyalumpuk/hmbaruan merupakan roh yang dimasukan oleh Ranying Hatala Melalui kekuasaannya,itulah sebabnya datang dan perginya panyalumpuk/hambaruan tidak diritualkan. hal ini berarti pekerjaan Ranying Hatala tidak boleh ditangani oleh manusia.
Jadi yang diritualkan menurut agama Hindu Kaharingan adalah kejadian zat bapak (liau balawang panjang) zat ibu (liau karaharang tulang) dan liau Haring Kaharingan (kekuasaan yang masuk ke dalam bentuk penyatuan Zat Bapak dan zat ibu sehingga di dalam kandungan sang bayi sudah memiliki detak jantung/sahengkuk) dalam arti sudah hidup karena jantung berdetak darah berputar (TIK)
3 unsur inilah yang harus diritualkan?
Sebabnya adalah karena 3 unsur ini datang (ada) merupakan perbuatan manusia maka tugas manusia lah yang mengurusnya kembali atau dengan kata lain bukan tugas Ranying Hatala karena manusia tidak berhak melimpahkan atau membebankan perbuatannya kepada Ranying Hatala.
Siapa yang minum racun maka ia lah yang akan mabuk,dan siapa yang memulai maka ia lah yang harus mengakhiri.
Manusia yang mengadakan maka manusia jugalan yang akan menghabiskan atau mengakhirinya.
Apakah jadinya apabila ke-3 unsur ini tidak diritualkan?
Didalam kitab suci PANATURAN Ranying Hatala Langit bersabda:
Bitim Raja Bunu akan impamuhun Mijen pantai danum kalunen,basa bitim dapit jeha buli haluli aku mahalau bagin matei,ela bitim ngumpang ngabehu Huang dengan tambun paharim Sintung due je dia bagin matei,basa ungkup hamputan paharim Sintung due te dapit jeha je tantai Masi mawat ungkup hamputan ayum buli haluli manalih aku.
Artinya meskipun keturunan Raja bunu kembali kepadanya melalui kematian,namun raja bunu tidak perlu merasa cemburu kepada kedua saudaranya yang hidup abadi dan tidak bisa mati,karena apabila saatnya nanti keturunan raja bunu kembali kepada Ranying Hatala maka keturunan Raja Sngen dan Raja Sangiang lah yang akan mengantarkan kembali keturunan raja bunu kepada Ranying Hatala.
Perlu diketahui keturunan yang dimaksudkan adalah unsur zat bapak,unsur zat ibu dan unsur liau Haring Kaharingan untuk disatukan dengan panyalumpuk/hambaruan yang telah kembali kepangkuan Ranying Hatala tanpa melalui upacara ritual,apabila tanpa adanya ketiga unsur tersebut maka mustahil manusia bisa hidup kembali dialam Ranying Hatala (lewu tatau dia rumpang tulang,rundung raja isen kamalesu uhat,lewu je habaras bulau habusung hintan,hakarangan Bawak lamiang,hampah rapiah nyonyah/Sorgaloka).
Kerena menurut ajaran agama Hindu Kaharingan manusia dapat hidup di muka bumi ini dikarenakan adanya penyatuan 4 unsur yaitu unsur zat bapak,unsur zat ibu,unsur Haring Kaharingan dan unsur Panyalumpuk/hambaruan (Roh),maka begitu pula lah yang terjadi di lewu tatau atau surgaloka,dengan bersatunya kembali ke-4 unsur tersebut maka terjadilah kehidupan manusia dia alam Ranying Hatala (sorga).
Kapankah terjadi perpisahan diantara 4 unsur tersebut?
° Saat seseorang meninggal dunia Panyalumpuk/hambaruan sudah pergi meninggalkan jasad dan kembali kepada Ranying Hatala.
° Saat Balian tantulak Liau Haring Kaharingan diantar ke lewu bukit nalian lanting (simbolis kandungan ibu),sementara itu liau Karahang Tulang (unsur Manik ibu) tetap berada di kuburan dan liau Balawang Panjang (unsur Manik Bapak) diantar kan kepada Tinggi Tingang Mama Hanyi bungai,sawang Bengkui Pengganti balu,pamangku anak tiri Saratus Jahawen Puluh di batang danum Rutas Matei,setelah itu Tinggi Tingang Mama Hanyi Bungai menempatkan liau Balawang Panjang tersebut disebut tempat yang disebut Balau Bulau Karung Kajang,Sali Rabia Bilit Bila (simbolis rahim bapak)sebagai tempat sementara untuk menunggu proses penyatuan ke-4 unsur tersebut melalui upacara Ritual ke Agamaan Tiwah
Berbahagialah orang-orang yang beragama Hindu Kaharingan karena konsep-konsep dan pilosofis-pilosofis agama Hindu Kaharingan sudah sangat sesuai dengan kelahiran manusia ke alam manusia dan kealam Ranying Hatala (sorga),itulah sebabnya proses kematian umat beragama Hindu Kaharingan merupakan proses kelahiran kembali ke alam Ranying Hatala.
Tabe...
Selasa, 04 Juli 2017
TATA CARA MENCEGAH TERJADINYA GEMPA BUMI Naga Hai Galang Petak Menurut ajaran nenek moyang suku dayak secara turun temurun,di dalam perut bumi terdapat seekor Naga sebagai alas atau landasan kekuatan Bumi,hal ini disebutkan dalam Kitab Suci Panaturan yaitu pada hari pertama hatala mengambil Sarumpah Bulau (sepatu) dan meletakan di tengah-tengah kekosongan angkasa,diiringi kekuasaaanya yang maha besar maka Sarumpah Bulau tersebut berubah menjadi seekor Naga Hai Akan Galang Petak (Seekor Naga Sebagai Pondasi Bumi). pada hari ke-2 hatala melpaskan Lawung Bulau Singkap Antang (penutup kepala) di punggung Naga tersebut dan diiringi kekuasaannya yang maha besar sehingga terjadilah bumi yang menyelimuti naga tersebut,jadi Naga Hai Galang Petak adalah Dasar/Pondasi yang merupakan kekuatan Bumi,di berbagai bagian tempat dimana manusia tidak mengetahui adanya Naga Hai Galang Petak maka ditempat tersebut manusia tidak dapat berkomunikasi dengan Alam dalam Bumi dan di situlah bumi tidak kuat sehingga bumi bisa runtuh dan disebut gempa bumi. tapi menurut manusia jaman sekarang hal demikian adalah mitos,namun menurut ajaran nenek moyang suku dayak kalimantan ini adalah kenyataan bahkan sampai sekarang suku dayak yang menyakini ajaran nenek moyangnya dapat berkomunikasi dengan Naga Hai Galang Petak melalui Upacara Balian Manyanggar (memberi tata batas alam nyata dgn alam gaib supaya tidak campur aduk dan saling terganggu). di dalam Balian Manyanggar Naga Hai Galang Petak Wajib di berikan Sesajen supaya memperkuat tanah bumi daerah tersebut dan Naga tersebut jangan menggerakan tubuhnya agar tanah tidak runtuh,apabila Naga Hai Galang Petak merasa lapar dan merasa tidak diketahui keberadaan nya oleh manusia setempat maka iya bisa bergerak ke sana kemari di dalam Bumi,hal itu dapat menyebabkan kekosongan di perut bumi,selanjutnya disebut pergeseran perut bumi dan dapat mengakibatkan gempa bumi. Tata cara pemberian sesajen ini dilakukan oleh Basir dengan melakukan perintah kepada malaikat/Sangiang yang bertugas melalui lunas Mariaran Lasang Pisih yang disebut Maliambung Takuluk Metu. Itulah sebabnya Bumi kalimantan tidak pernah terjadi gempa,kalau ada yang bilang ada gempa di kalimantan maka saya akan bertanya berapa orang dayak kalimantan meninggal akibat korban gempa di pulau Kalimantan? inilah bukti kekuasaan Tuhan/Ranying Hatala Langit,berbahagialah orang-orang suku dayak kalimantan karena ajaran nenek moyang mereka memiliki ajaran yang nyata dan terbukti sampai saat ini dari sejak seumuram bumi. Menurut ajaran nenek moyang suku Dayak (Agama Helu),malaikat Ranying Hatala yang pertama disebut Raja Uju Haknduang Kanaruhan Hanya Baskati dan semua orang Dayak pada jaman dahulu mengetahui akan hal itu,nama mereka adalah: ~ Janjalung Tatu Riwut ~ Gambala Rajan Tanggara ~ Raja Tuntung Tahaseng ~ Sangkaria Nyaru Menteng ~ Tamanang Tarai Bulan ~ Raja Pamise Andau ~ Raja Sapanipas Nama-nama ini ditulis di dalam kitab Suci PANATURAN oleh para rohaniawan Hindu Kaharingan agar diketahui adanya malaikat yang mengatur alam semesta beserta isinya,dan malaikat tersebut adalah malaikat yang berada di langit atau dengan kata lain berada disisi Tuhan. Namun didalam kitab suci PANATURAN tidak disebutkan adanya malaikat yang berada di dalam perut bumi yang juga merupakan 7 (Tujuh) malaikat pengatur Bumi,siapakah nama-nama mereka? Nama-nama itu tidak boleh disebutkan didalam kitab suci PANATURAN karena nama itu bersifat sangat rahasia,katakan saja nama mereka adalah Nabin Petak yang didalam bahasa Sangiang disebutkan nama Nabin Petak Tertua dan terdalam adalah Naga Hai Galang Petak,namun nama asli yang bukan bahasa Sangiang tetap disebut kan pada saat Mariaran Lasang Talawang Pisih pada saat Upacara Balian Manyanggar atau Balian lain yang mengantarkan sesajen kepada Naga Hai Galang Petak. Demikianlah Tatacara mencegah Gempa Bumi Menurut Suku Dayak Ngaju. Narasumber: Lunas Balian Mariaran Lasang Talawang Pisih. Mengenai Saya Basir Akon G Suman Lihat profil lengkap ku di: www.basirbalian.blogspot.com
TATA CARA MENCEGAH TERJADINYA GEMPA BUMI
Naga Hai Galang Petak
Menurut ajaran nenek moyang suku dayak secara turun temurun,di dalam perut bumi terdapat seekor Naga sebagai alas atau landasan kekuatan Bumi,hal ini disebutkan dalam Kitab Suci Panaturan yaitu pada hari pertama hatala mengambil Sarumpah Bulau (sepatu) dan meletakan di tengah-tengah kekosongan angkasa,diiringi kekuasaaanya yang maha besar maka Sarumpah Bulau tersebut berubah menjadi seekor Naga Hai Akan Galang Petak (Seekor Naga Sebagai Pondasi Bumi).
pada hari ke-2 hatala melpaskan Lawung Bulau Singkap Antang (penutup kepala) di punggung Naga tersebut dan diiringi kekuasaannya yang maha besar sehingga terjadilah bumi yang menyelimuti naga tersebut,jadi Naga Hai Galang Petak adalah Dasar/Pondasi yang merupakan kekuatan Bumi,di berbagai bagian tempat dimana manusia tidak mengetahui adanya Naga Hai Galang Petak maka ditempat tersebut manusia tidak dapat berkomunikasi dengan Alam dalam Bumi dan di situlah bumi tidak kuat sehingga bumi bisa runtuh dan disebut gempa bumi.
tapi menurut manusia jaman sekarang hal demikian adalah mitos,namun menurut ajaran nenek moyang suku dayak kalimantan ini adalah kenyataan bahkan sampai sekarang suku dayak yang menyakini ajaran nenek moyangnya dapat berkomunikasi dengan Naga Hai Galang Petak melalui Upacara Balian Manyanggar (memberi tata batas alam nyata dgn alam gaib supaya tidak campur aduk dan saling terganggu).
di dalam Balian Manyanggar Naga Hai Galang Petak Wajib di berikan Sesajen supaya memperkuat tanah bumi daerah tersebut dan Naga tersebut jangan menggerakan tubuhnya agar tanah tidak runtuh,apabila Naga Hai Galang Petak merasa lapar dan merasa tidak diketahui keberadaan nya oleh manusia setempat maka iya bisa bergerak ke sana kemari di dalam Bumi,hal itu dapat menyebabkan kekosongan di perut bumi,selanjutnya disebut pergeseran perut bumi dan dapat mengakibatkan gempa bumi.
Tata cara pemberian sesajen ini dilakukan oleh Basir dengan melakukan perintah kepada malaikat/Sangiang yang bertugas melalui lunas Mariaran Lasang Pisih yang disebut Maliambung Takuluk Metu.
Itulah sebabnya Bumi kalimantan tidak pernah terjadi gempa,kalau ada yang bilang ada gempa di kalimantan maka saya akan bertanya berapa orang dayak kalimantan meninggal akibat korban gempa di pulau Kalimantan?
inilah bukti kekuasaan Tuhan/Ranying Hatala Langit,berbahagialah orang-orang suku dayak kalimantan karena ajaran nenek moyang mereka memiliki ajaran yang nyata dan terbukti sampai saat ini dari sejak seumuram bumi.
Menurut ajaran nenek moyang suku Dayak (Agama Helu),malaikat Ranying Hatala yang pertama disebut Raja Uju Haknduang Kanaruhan Hanya Baskati dan semua orang Dayak pada jaman dahulu mengetahui akan hal itu,nama mereka adalah:
~ Janjalung Tatu Riwut
~ Gambala Rajan Tanggara
~ Raja Tuntung Tahaseng
~ Sangkaria Nyaru Menteng
~ Tamanang Tarai Bulan
~ Raja Pamise Andau
~ Raja Sapanipas
Nama-nama ini ditulis di dalam kitab Suci PANATURAN oleh para rohaniawan Hindu Kaharingan agar diketahui adanya malaikat yang mengatur alam semesta beserta isinya,dan malaikat tersebut adalah malaikat yang berada di langit atau dengan kata lain berada disisi Tuhan.
Namun didalam kitab suci PANATURAN tidak disebutkan adanya malaikat yang berada di dalam perut bumi yang juga merupakan 7 (Tujuh) malaikat pengatur Bumi,siapakah nama-nama mereka?
Nama-nama itu tidak boleh disebutkan didalam kitab suci PANATURAN karena nama itu bersifat sangat rahasia,katakan saja nama mereka adalah Nabin Petak yang didalam bahasa Sangiang disebutkan nama Nabin Petak Tertua dan terdalam adalah Naga Hai Galang Petak,namun nama asli yang bukan bahasa Sangiang tetap disebut kan pada saat Mariaran Lasang Talawang Pisih pada saat Upacara Balian Manyanggar atau Balian lain yang mengantarkan sesajen kepada Naga Hai Galang Petak.
Demikianlah Tatacara mencegah Gempa Bumi Menurut Suku Dayak Ngaju.
Narasumber:
Lunas Balian Mariaran Lasang Talawang Pisih.
Mengenai Saya
Basir Akon G Suman
Lihat profil lengkap ku di:
www.basirbalian.blogspot.com
Naga Hai Galang Petak
Menurut ajaran nenek moyang suku dayak secara turun temurun,di dalam perut bumi terdapat seekor Naga sebagai alas atau landasan kekuatan Bumi,hal ini disebutkan dalam Kitab Suci Panaturan yaitu pada hari pertama hatala mengambil Sarumpah Bulau (sepatu) dan meletakan di tengah-tengah kekosongan angkasa,diiringi kekuasaaanya yang maha besar maka Sarumpah Bulau tersebut berubah menjadi seekor Naga Hai Akan Galang Petak (Seekor Naga Sebagai Pondasi Bumi).
pada hari ke-2 hatala melpaskan Lawung Bulau Singkap Antang (penutup kepala) di punggung Naga tersebut dan diiringi kekuasaannya yang maha besar sehingga terjadilah bumi yang menyelimuti naga tersebut,jadi Naga Hai Galang Petak adalah Dasar/Pondasi yang merupakan kekuatan Bumi,di berbagai bagian tempat dimana manusia tidak mengetahui adanya Naga Hai Galang Petak maka ditempat tersebut manusia tidak dapat berkomunikasi dengan Alam dalam Bumi dan di situlah bumi tidak kuat sehingga bumi bisa runtuh dan disebut gempa bumi.
tapi menurut manusia jaman sekarang hal demikian adalah mitos,namun menurut ajaran nenek moyang suku dayak kalimantan ini adalah kenyataan bahkan sampai sekarang suku dayak yang menyakini ajaran nenek moyangnya dapat berkomunikasi dengan Naga Hai Galang Petak melalui Upacara Balian Manyanggar (memberi tata batas alam nyata dgn alam gaib supaya tidak campur aduk dan saling terganggu).
di dalam Balian Manyanggar Naga Hai Galang Petak Wajib di berikan Sesajen supaya memperkuat tanah bumi daerah tersebut dan Naga tersebut jangan menggerakan tubuhnya agar tanah tidak runtuh,apabila Naga Hai Galang Petak merasa lapar dan merasa tidak diketahui keberadaan nya oleh manusia setempat maka iya bisa bergerak ke sana kemari di dalam Bumi,hal itu dapat menyebabkan kekosongan di perut bumi,selanjutnya disebut pergeseran perut bumi dan dapat mengakibatkan gempa bumi.
Tata cara pemberian sesajen ini dilakukan oleh Basir dengan melakukan perintah kepada malaikat/Sangiang yang bertugas melalui lunas Mariaran Lasang Pisih yang disebut Maliambung Takuluk Metu.
Itulah sebabnya Bumi kalimantan tidak pernah terjadi gempa,kalau ada yang bilang ada gempa di kalimantan maka saya akan bertanya berapa orang dayak kalimantan meninggal akibat korban gempa di pulau Kalimantan?
inilah bukti kekuasaan Tuhan/Ranying Hatala Langit,berbahagialah orang-orang suku dayak kalimantan karena ajaran nenek moyang mereka memiliki ajaran yang nyata dan terbukti sampai saat ini dari sejak seumuram bumi.
Menurut ajaran nenek moyang suku Dayak (Agama Helu),malaikat Ranying Hatala yang pertama disebut Raja Uju Haknduang Kanaruhan Hanya Baskati dan semua orang Dayak pada jaman dahulu mengetahui akan hal itu,nama mereka adalah:
~ Janjalung Tatu Riwut
~ Gambala Rajan Tanggara
~ Raja Tuntung Tahaseng
~ Sangkaria Nyaru Menteng
~ Tamanang Tarai Bulan
~ Raja Pamise Andau
~ Raja Sapanipas
Nama-nama ini ditulis di dalam kitab Suci PANATURAN oleh para rohaniawan Hindu Kaharingan agar diketahui adanya malaikat yang mengatur alam semesta beserta isinya,dan malaikat tersebut adalah malaikat yang berada di langit atau dengan kata lain berada disisi Tuhan.
Namun didalam kitab suci PANATURAN tidak disebutkan adanya malaikat yang berada di dalam perut bumi yang juga merupakan 7 (Tujuh) malaikat pengatur Bumi,siapakah nama-nama mereka?
Nama-nama itu tidak boleh disebutkan didalam kitab suci PANATURAN karena nama itu bersifat sangat rahasia,katakan saja nama mereka adalah Nabin Petak yang didalam bahasa Sangiang disebutkan nama Nabin Petak Tertua dan terdalam adalah Naga Hai Galang Petak,namun nama asli yang bukan bahasa Sangiang tetap disebut kan pada saat Mariaran Lasang Talawang Pisih pada saat Upacara Balian Manyanggar atau Balian lain yang mengantarkan sesajen kepada Naga Hai Galang Petak.
Demikianlah Tatacara mencegah Gempa Bumi Menurut Suku Dayak Ngaju.
Narasumber:
Lunas Balian Mariaran Lasang Talawang Pisih.
Mengenai Saya
Basir Akon G Suman
Lihat profil lengkap ku di:
www.basirbalian.blogspot.com
Rabu, 14 Juni 2017
KESELAMATAN DI DALAM PERSALINAN/MELAHIRKAN
Melahirkan adalah takdir bagi kaum perempuan yang penuh dengan resiko kematian yang menakutkan semua kaum perempuan.
Kalau saja saya jadi perempuan,maka membayangkan saja sudah takut,apalagi menjalani.
Tapi apalah daya karena takdir Tuhan tidak dapat diubah dan dihindari,sehingga saya sangat beruntung karena telah dilahirkan sebagai laki-laki.
Menurut ajaran Agama Kaharingan dan Bidan-Bidan kampung terdahulu,pada saat seorang perempuan melahirkan maka tulang bagian pinggang dan pangkal paha akan merenggang sehingga rahim pun terbuka lebar hingga mencapai puluhan kali lipat secara otomatis,dan itu merupakan bukti dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Ranying Hatala) untuk mempermudah takdir kaum perempuan yang telah ditunjuknya untuk melahirkan sehingga jalan selamat bagi umat manusia sangatlah besar.
Percayakah anda dengan kekuasaan Tuhan tersebut?
Jikalau Anda ragu-ragu silahkan ditanya kepada dokter atau Bidan-Bidan modern yang khusus belajar masalah kehamilan dan persalinan kaum perempuan,benarkah terjadi pelebaran rahim serta tulang pinggang bagian pangkal paha wanita yang sedang melahirkan?
Adanya rasa takut pada sebagian wanita saat menghadapi persalinan dikarenakan seringnya terjadi kematian,dan kematian saat persalinan tersebut seolah-olah kekuasaan Tuhan yang sudah dijanjikan setengah tidak berfungsi dan mengakibatkan masalah yang patal,hal ini juga mengundang pertanyaan kita apakah sebabnya?
Menurut kepercayaan Agama Kaharingan,kejadian tersebut sama sekali bukan karena kekuasaan Tuhan yang sudah dijanjikannya tidak berfungsi melainkan karena adanya gangguan luar yang disebut HANTUEN dan lain sebagainya.
Untuk itu menurut Ajaran Agama Kaharingan,seorang perempuan yang sedang hamil memiliki berbagai macam pantangan dan larangan-larangan yang disebut Pali yang dalam istilah sekarang hanyalah mitos (dia badin te).
Persiapan lain adalah LUSUR sebagai penambah mudahnya proses persalinan,hal itu dikarenakan pada zaman dahulu tidak ada tenaga medis yang menangani masalah ini yang menjamin keselamatan persalinan dengan cara beroperasi.
Selain persiapan LUSUR yang perlu dipersiapkan adalah tangkalasan Hantuen supaya tidak mengganggu proses persalinan.
Percayakah anda dengan adanya Hantuen dan bagaimana bentuknya?
Menurut Ajaran Agama Kaharingan,hantuen dapat mengganggu proses persalinan dengan cara merapat kan kembali tulang pinggang yang sudah merenggang sehingga anak yang dikeluarkan melalui rahim tertahan oleh jepitan tulang pinggang bagian pangkal paha.
Selain gangguan dari Hantuen masih ada makhluk halus lain yang dapat mengganggu prosesnya persalinan,makhluk itu disebut Kanarihing Ganan Danum (Hantu Laut Penghuni Alam Bawah Air),mereka adalah Rakyat Jata Sangkuada Bapager Hintan dari Batang Danum Pangguk Pantar,Guhung Bagiring Gunting yang disebut namanya Bujang Labata Rayung Tantan Gunting,Ginteng Tolong Tabang Beang,Tampak Mangkuk Darap Kajang,dan masih banyak lagi gangguan makhluk gaib lainya yang suka usil menggangu proses persalinan.
Bagaimanakah cara mengatasinya?
Cara mengatasinya adalah:
• Menggunakan tangkalasan Hantuen dan jangan melanggar pantangan-pantangan hantuen sebelum dan sewaktu kehamilan,hal tersebut sangat membantu untuk tangkalasan (penanggulangan) Hantuen.
• Upacara Ritual Nyadiri Tihi.
• Upacara Ritual Ngehet Kahang Badak (pemasangan jimat panukang Pali) pada pinggang orang yang sedang hamil sekaligus melaksanakan upacara Manyaki Dirit/manyaki tihi.
• Mangantung sahur Tihi (mencari malaikat pelindung saat hamil) yang sanggup menjaga ibu dan anak yang akan dilahirkan hingga wanita itu melahirkan dengan selamat.
Demikianlah tata cara keselamatan persalinan menurut ajaran Agama Kaharingan.
Sahi sahi sahi
Mengenai Saya:
Basir Akon G.Suma
Lihat profil lengkapku di:
www.basirbalian.blogspot.com
Senin, 12 Juni 2017
ADANYA KEHIDUPAN DIBULAN
Seri 3.
Misteri Hewan Buruan.
Berburu adalah sebuah petualangan yang sungguh menyenangkan,namun dibalik petualangan yang menyenangan itu ada banyak hal yang bisa membahayakan bagi pemburu dan orang lain karena melakukan perburuan sudah tentu menggunakan senjata tajam sejenis tombak bahkan senjata api.
Bahaya bagi diri sendiri adalah adalah diterkam hingga terluka bahkan mati oleh binatang buruan.
Sedangkan bahaya bagi orang lain adalah bisa salah sasaran sehingga yang pemburu lihat adalah binatang buruan sehingga ia bisa di tombak bahkan ditembak mati oleh pemburu,padahal setelah didatangi ternyata korban buruan yang tadi terlihat adalah hewan buruan ternyata seorang manusia.
Kedengarannya hal itu sangat aneh,akan tetapi hal itu sudah memakan korban ratusan bahkan ribuan manusia jika di hitung dari sejak awal kejadian itu sendiri.
Terjadinya hal demikian bukanlah karena pemburu tidak teliti melihat hewan buruannya,menurut suku Dayak Ngaju kejadian tersebut disebabkan karena adanya PARASAT (Darah Hewan) yang terkandung pada diri manusia sehingga korban yang sebenarnya manusia terlihat seperti binatang pada saat pemburu membidikan tombak atau pun senjata lain ke arah korban.
Menyikapi hal demikian tentunya pemburu harus mengetahui KAJI PATUA orang tua jaman dahulu supaya tidak terjadi korban manusia didalam berburu binatang.
Apakah KAJI PATUA yang dimaksudkan?
Untuk mengetahui jawabannya mari kita simak cerita dibawah ini karena didalam cerita ini ada tertuang KAJI PATUA yang dimaksudkan,Selamat membaca.
Kedatangan Manyamei Hatuen Petak disambut senyuman manis dan perasaan mengharu diru oleh Kameluh Tempun Bulan di rumahnya kembali,bahagia bercampur sedih membuat lidahnya menjadi kaku dan sulit untuk berkata,namun ia berusaha memendam dalam-dalam rasa sedihnya,suasana menjadi hening untuk sesaat,yang bisa ia lakukan hanyalah menggandeng tangan Manyamei Hatuen Petak masuk kerumahnya dari ambang pintu,mereka pun duduk didalam keheningan suasana.
Kameluh Tempun Bulan membuka kehingan itu dengan kata-kata lembut menyatakan kalau mulai hari itu Manyamei Hatuen Petak adalah suaminya yang syah dan sebagai Raja baginya,ia menginginkan suaminya agar jangan sungkan-sungkan meminta apapun yang ia perlukan untuk kebutuhan Rumah tangga bersama di Planet Bulan.
Manyamei Hatuen Petak hanya bisa menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju,mulai hari itu mereka membina Rumah tangga sebagai suami isteri.
Tidak ada pesta pernikahan seperti layaknya dialam Bumi karena tidak ada seorang manusia pun penghuni bulan selain Kameluh Tempun Bulan sendiri.
Kameluh Tempun Bulan adalah orang yang terpilih oleh Sang Pencipta Alam Semesta atas takdir yang dipilih oleh Kameluh Tempun Bulan sendiri sehingga iya terbuang dari orang tuanya dari alam lain,tidak disebutkan bagaimana cerita kejadiannya disini sehingga garis takdirnya hidup di Planet Bulan,yang jelas ia hanya ditemani Tujuh ekor anjing yang setia menuruti kehendaknya,dan ia juga tau kalau ia akhirnya bertemu Manyamei Hatuen Petak berdasarkan takdir untuk menjadi suaminya dan mereka akan melahirkan manusia-manusia yang akan hidup di tempat itu untuk selamanya,karena tidak akan ada orang lain lagi mampu mencapai bulan jikalau tidak melalui Manyamei Hatuen Petak sebagai dasar pembuka jalan menurut garis takdirnya oleh Sang Pencipta Alam Semesta Raya.
Hari demi hari mereka lalui dengan bahagia,mereka berbulan madu hanya dengan berburu binatang untuk dijadikan hiburan tambahan kebahagiaan mereka,kalau dulu Kameluh Tempun Bulan tidak pernah turun lapangan untuk mencari binatang buruan,namun lain hal nya sekarang ia turun bersama sang suami tercinta dengan tujuan berbulan madu sekaligus memperkenalkan suaminya kepada alam lingkungan di keliling Planet Bulan.
Suatu ketika Sang Ratu Kameluh Tempun Bulan menyatakan kepada Manyamei Hatuen Petak kalau isterinya yang di Bumi nanti malam akan melahirkan anak laki-laki,ia mengingatkan kepada suaminya supaya bersiap-siap turun ke bumi menghadiri kelahiran puteranya,dan hanya saat itu ia bisa turun kebumi bertemu dengan anak dan isterinya,dan ia harus kembali sebelum matahari terbenam di ufuk barat,hal ini adalah permintaan yang aneh bagi Manyamei Hatuen Petak,karena saat itu hari sudah senja,larangan itu merupakan pantangan yang tidak boleh ia langgar demi keselamatan hidup anak dan isterinya yang berada di bumi. Namun apabila anaknya sudah datang menemuinya di Planet Bulan maka pantangan itu akan berakhir sebagian yakni: ia boleh turun kebumi dengan tujuan membantu sanak keluarganya yang terkena musibah dan memerlukan pertolongan darinya.
Manyamei Hatuen Petak pun mempersiapkan dirinya untuk berangkat.
Malam telah tiba Manyamei Hatuen Petak berpamitan pada isterinya Kameluh Tempun Bulan. Kameluh Tempun Bulan merestui kepergian suaminya,ia meminta suaminya menunjuk jari telunjuknya menuju suatu tempat yang terlihat bersinar berwarna kuning kehijauan yang terlihat dari depan pintu,sang suami menuruti permintaan isterinya,tiba-tiba dari jari telunjuk Manyamei Hatuen Petak mengeluarkan sinar terang benderang yang semakin jauh semakin lebar hingga menyinari tempat yang ditujukan,dan secara singkat jarak antara tempat itu dan tempat mereka sekarang kelihatan sangat dekat bahkan hampir bersanding,bulatan yang bersinar yang tadinya sangat jauh kini sangat dekat dan tidak lagi seperti bulatan bersinar kuning kehijauan melainkan terlihat sebuah perkampungan dengan beberapa buah Rumah berdinding kulit kayu hutan dan beratapkan daun alang-alang,selanjutnya sinar yang terlihat dari jari telunjuk Manyamei Hatuen Petak berubah menjadi sebidang jalan dari depan pintu tempatnya berdiri menuju perkampungan yang terdiri dari beberapa Rumah saja.
Manyamei Hatuen Petak menjadi heran dengan keanehan tersebut,padahal ia tidak pernah bisa melakukan hal tersebut sebelumnya,namun belum lagi rasa heran yang menyelimuti dirinya hilang,isterinya Kameluh Tempun Bulan menyuruh nya segera berangkat,ia kembali mengingatkan kalau puteranya sudah lahir maka ia harus segera kembali ke bulan sebelum matahari terbenam di ufuk Barat.
Manyamei Hatuen Petak pun berangkat menembus kegelapan malam menuju perkampungan yang terlihat masih terang benderang,kepergiannya adalah untuk memenuhi janji pada isterinya agar berada disamping isterinya saat iya melahirkan anaknya.
Anehnya perjalanan yang tadi gelap kini mulai kelihatan terang akhirnya terang bagaikan siang,ia menatap ke langit ufuk timur,terlihat olehnya Sang Surya memancarkan sinarnya di ufuk timur,hal ini menandakan kalau malam tiba di bulan berarti sudah siang di bumi,Manyamei Hatuen Petak baru menyadari mengapa Kameluh Tempun Bulan mengingatkan ia supaya kembali sebelum matahari terbenam.
Sesampainya di perkampungan yang tadi terlihat yang tiada lain adalah kampung halamannya,sang isteri hampir melahirkan anaknya,dimana saat itu Bidan Kampung sudah berada didalam kamar menangani isterinya yang sedang sakit perut. Beberapa saat setelah kehadiranya,isterinya pun melahirkan anak laki-laki dengan selamat dan tidak terlalu bersusah payah,bahkan isterinya bisa berjalan ke sana kemari seolah tidak pernah merasa baru saja melahirkan anaknya,ia menggendong anaknya ke sana kemari sambil bercakap-cakap dengan bidan dan Sang suami,suasana demikian memudahkan Manyamei Hatuen Petak menyampaikan pantangan dari Kameluh Tempun Bulan isterinya yang di bulan. Setelah Bidan Kampung kembali ke kediamannya Manyamei Hatuen Petak menyampaikan pesan-pesan itu kepada isterinya,karena rasa sedih yang menyelimuti dirinya Sang isteri hanya bisa meneteskan air mata namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Sang suami pun kembali sebelum matahari terbenam di ufuk barat d kini sudah tiba kembali ditempat kameluh Tempun Bulan. Iya langsung masuk dan menyampaikan keadaan aneh pada isterinya yang dengan mudah melahirkan anak pertama mereka,yang janggal adalah isterinya sedikitpun tidak merasakan sakit sebagaimana layaknya orang lain melahirkan anaknya sehingga ia bisa berjalan kasana kemari,Kameluh Tempun Bulan hanya tersenyum dan berkata kalau itulah wujud dari kekuasaan sang pencipta alam semesta.
Mendengar perkataan Kameluh Tempun Bulan yang demikian ia pun kembali bertanya bagaimana iya bisa mendekatkan tempat perkampungan yang begitu jauh sehingga dapat dilihat dari depan pintu dan apakah kekuasaan Kameluh Tempun Bulan setara dengan kekuasaan tuhan?
Kembali isterinya Kameluh Tempun Bulan tersenyum-senyum mendengar pertanyaan konyol dari suaminya,seraya Kameluh Tempun Bulan menjawab kalau kekuasaannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Tuhan,yang terjadi itu juga wujud kekuasaan Tuhan,karena sebenarnya jarak yang dimaksud Manyamei Hatuen Petak suaminya tidak pernah berubah karena jalan yang dilalui Manyamei Hatuen Petak adalah jalan pintas yang sudah diatur oleh kekuasaan Tuhan,dan jalan itu adalah jalan dari alam gaib menuju alam nyata,jikalau melalui alam nyata maka akan memakan waktu yang sangat panjang,dan ia juga mengatakan kalau waktu di alam gaib berbeda jauh dengan waktu di alam nyata,itulah sebabnya kampung halaman di bumi (Petak) dapat terlihat dengan jelas dan sangat mudah untuk mendatanginya.
Manyamei Hatuen Petak pun manggut-manggut saja mendengar penjelasan isterinya,lalu isterinya mengajak nya untuk segera masuk ke kamar untuk segera beristirahat sebelum fajar menyingsing dan tidur dengan lelapnya.
Keesokan harinya setelah mereka bangun dari tidur Kameluh Tempun Bulan memanggil 7 ekor anjingnya dan mengatakan kalau mereka harus tunduk dan patuh atas apapun yang diperintahkan oleh suaminya karena suaminya Manyamei Hatuen Petak sekarang adalah raja yang paling berkuasa di bulan.
Semua anjing-anjing itu pun patuh atas apa yang dikatakan Kameluh Tempun Bulan,lalu anjing-anjing itu kembali ke tempatnya masing-masing yang sudah di tentukan Kameluh Tempun Bulan jauh sebelum kedatangan Manyamei Hatuen Petak.
Jadi setiap Kameluh Tempun Bulan dan suaminya Manyamei Hatuen Petak berburu mereka tidak perlu turun tangan untuk mendapatkan binatang buruan,melainkan anjing-anjing itu sendiri yang mendapat kan dan membunuh hewan-hewan buruan.
Entah berapa tahun lamanya Manyamei Hatuen Petak dan isterinya Kameluh Tempun Bulan hidup bersama,namun mereka belum juga memiliki keturunan sebagaimana layaknya suami isteri yang lain. Baik Manyamei Hatuen Petak dan Kameluh Tempun Bulan tidak pernah merisaukan hal itu bahkan mereka belum pernah membicarakan tentang keturunan,hingga suatu ketika di pagi yang cerah Manyamei Hatuen Petak terlebih dahulu terbangun dari tidur,ia pun keluar dari kamar dan meninggalkan isterinya yang masih tidur,baru saja ia keluar dari kamar,lalu terdengar olehnya suara ketujuh anjing-anjing sedang menggonggong dari kejauhan hingga akhirnya semakin dekat kerumah,isterinya pun terbangun dari tidur dan menyerukan supaya suaminya segera melihat apakah gerangan yang di gonggong anjing-anjing tersebut,Sang Raja Bulan pun menengokan kepalanya dari jendela,terlihat olehnya seekor anak babi berlari kesana-kemari menghindari kejaran ke Tujuh anjing besar itu,namun anjing-anjing itu sengaja tidak menggigit anak babi tersebut sehingga babi tersebut menceburkan dirinya ke tempat permandian yang tidak jauh dari Rumah Tinggi tempat kediaman mereka,buru-buru Sang Raja Manyamei Hatuen Petak mengambil tombak dan turun dengan tergesa-gesa,hal itu membuat isterinya cemas dan segera keluar kamar lalu menengok suaminya yang membawa tombak mendatangi anak babi yang sedang di gonggong anjing-anjing tersebut.
Sesampainya di tempat permandian Sang Raja menghardik anjing-anjing itu karena tidak segera menggigit anak babi itu seperti biasa,ketujuh anjing itu pun segera memenuhi permintaan Rajanya,sehingga anak babi tersebut tidak dapat bergerak kemana-mana,dan Sang Raja pun menikamkan tombaknya pada anak babi,rupanya anjing-anjing itu menggigit anak babi hanya untuk menahan anak babi agar tidak bisa berlari. Ratu yang menegok dari jendela menginginkan Sang Raja Bulan itu melerai anjing-anjing tersebut dan melarangnya Sang Raja malahan mengulangi penombakan pada anak babi,anjing-anjing itu melepaskan anak babi tersebut karena mendengar permintaan Sang ratu mereka,Sang Raja Bulan itu pun berhenti sejenak,namun anak babi yang baru ditombaknya satu kali terlihat ingin melarikan diri sehingga Sang Raja kembali menombak,Sang Ratu berteriak-teriak melarangnya,namun Sang Raja dengan kejam membunuh anak babi tersebut,sang ratu pun turun dari Rumah dengan maksud menghentikan Sang Raja,namun terlambat karena saat ia turun dari Rumah anak babi sudah benar-benar mati dan penuh dengan luka tusuk di sekujur tubuhnya.
Sesampai di tempat permandian Kameluh Tempun Bulan bertanya kepada suaminya mengapa ia begitu tega membunuh orang yang tidak bersalah.
Manyamei Hatuen Petak kembali melihat kearah babi yang di bunuhnya seraya berkata,anjing-anjing itu setengah membangkang perintahku untuk membunuh anak babi ini,sementara kamu mengatakan aku membunuh orang yang tidak bersalah,padahal seharusnya aku yang bertanya mengapa mereka membiarkan hewan buruan yang datang sendiri,hari-hari sebelumnya malah susah payah mencari ketempat yang jauh, dan juga tidak pernah kita turun tangan membunuh binatang buruan kita,begitu pula engkau mengatakan aku membunuh orang yang tidak bersalah,mana pernah babi punya salah kepada kita,mereka ditakdirkan untuk kita jadikan lauk sebagai teman makan nasi,itulah kata-kata Manyamei Hatuen Petak kepada isterinya Kameluh Tempun Bulan.
Sang Ratu pun bertanya kepada Sang Raja,apakah kamu yakin kalau yang sudah kau bunuh itu adalah babi?
Sang Raja menjawab sudah tentu saya yakin,bahkan sebelum saya turun dari Rumah hingga saat sekarang tetap saja babi.
Apakah menurut kamu itu adalah orang? Kata Sang Raja Bulan.
Sang Ratu Bulan pun menjawab itu adalah orang,kalau kamu tidak percaya silahkan kamu menggosok kedua belah mata kamu sebanyak 3 kali berturut-turut jikalau satu atau dua kali gosok kamu masih belum jelas untuk melihatnya,kata Sang Ratu Bulan.
Sang Raja Bulan pun menuruti apa yang dikatakan isterinya,sekali gosok ia tetap melihat babi,kedua kalinya juga tetap babi dan untuk yang ketiga kalinya ia dengan jelas melihat kalau yang ia bunuh adalah anak manusia sebagaimana dirinya sendiri,hal itu membuat ia menyesal karena baru menyadari kalau itu adalah anak manusia,ia pun membawa mantat anak itu kerumahnya dengan tujuan supaya dikuburkan sebagaimana layaknya orang mati,ia pun bertekad akan mencari orang tua anak tersebut untuk bertanggung jawab atas dosanya yang telah membunuh orang dengan tanpa ada masalah.
Kini Manyamei Hatuen Petak hanya bisa bersedih dan menyesali perbuatannya,barulah ia sadar mengapa anjing-anjing itu setengah membangkang perintahnya dan isterinya juga melarangnya menyakiti anak babi tersebut lebih-lebih membunuhnya. Karena merasa bersalah Sang Raja Bulan yang baru menjabat beberapa tahun itu meminta petunjuknya kepada isterinya kemana harus menemui orang tua dari anak tersebut untuk mengantarkan anak itu sekaligus mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah membunuh anak kecil itu.
Namun jawaban isterinya benar-benar tidak pernah terbayangkan oleh Manyamei Hatuen Petak sebelumnya,sang ratu menjawab kalau ia tidak perlu pergi dari Rumah untuk mencari orang tua anak tersebut karena anak itu adalah kandungnya sendiri yang ia kunjungi di bumi saat kelahirannya,mendengar jawaban isterinya,wajah Manyamei Hatuen Petak menjadi merah karena tidak percaya dan dipermainkan dan merasa tidak percaya akan perkataan isterinya Kameluh Tempun Bulan.
Ia menatap tajam kearah isterinya,namun isterinya Kameluh Tempun Bulan kembali berkata,apakah aku pernah berbohong atau mempermainkan suamiku? Kata Kameluh Tempun Bulan,ketahuilah suamiku,ia adalah anak kandungmu sendiri dan yang membunuhnya adalah kamu sendiri,itulah sebabnya anjing-anjing itu tidak menuruti perintahmu,penglihatan mereka tidak salah seperti penglihatan mu,itu juga sebanya saya melarang kamu sejak awal,tapi kamu malah dengan cepat membunuhnya sehingga ia mati.
Mendengar kepastian bahwa anak itu adalah anak kandungnya sendiri,maka Manyamei Hatuen Petak pun menangis tersedu-sedu seperti anak kecil sambil memeluk jenazah anaknya,segala unek-uneknya ia keluarkan semua,karena anaknya harus meninggal tanpa pernah ia sempat puas menggendongnya disaat bayi hingga sudah sebesar sekarang,bahkan ia sama sekali tidak mengenal anaknya sendiri.
Kameluh Tempun Bulan menyuruh suaminya menangis sepuas-puasnya dan mengingatkan suaminya kalau pengalaman itu agar agar menjadi suatu pelajaran dikemudian hari,ini juga peringatan baginya kalau untuk saat ini ia masih harus dibimbing olehnya dan harus mendengarkan pendapat darinya sebelum melakukan tindakan.
Hingga akhirnya Manyamei Hatuen Petak menyadari kalau penyesalanya tidak ada gunanya karena kematian anaknya tidak mungkin dibatalkan karena rasa penyesalan,ia pun memutuskan untuk mengurus penguburan bagi anaknya sebagaimana layaknya orang yang sudah meninggal dunia.
Namun isterinya Kameluh Tempun Bulan berkehendak lain sehingga ia bertanya kepada suaminya,tidak adakah rasa inginmu melihat anakmu kembali kepada isteri di sana? Itu kata Kameluh Tempun Bulan.
Manyamei Hatuen Petak menjawab,kalau saja aku bisa mengembalikan waktu sehingga aku bisa mendengarkan perkataan mu tadi mungkin anakku masih hidup sekarang karena aku tidak pernah berniat membunuh anakku sendiri atau anak orang lain,kejadian ini murni karena aku abaikan apa yang kau katakan sehingga aku hanya bisa menyesal kemudian.
Jikalau memang niatmu tidak membunuh anakmu tentunya kamu tidak akan mengubur anak ini,sebaiknya kamu ambil bunga itu dan oleskan di seluruh luka di tubuh anakmu,kalau niatmu benar maka anakmu akan hidup seperti sedia kala,kata Kameluh Tempun Bulan kepada suaminya Manyamei Hatuen Petak.
Manyamei Hatuen Petak pun menoleh kearah bunga berwarna putih yang di tunjuk oleh isterinya Kameluh Tempun Bulan,ia juga menatap isterinya dengan penuh pertanyaan,isterinya pun berkata kalau ia bersungguh-sungguh menginginkan suaminya mengambil bunga yang ditunjuknya dan mengoleskannya sendiri di luka-luka yang terdapat di sekujur tubuh jenazah anaknya.
Nah pemirsa sampai disini dulu kisah ini,kelanjutan kisah ini akan dilanjutkan dalam seri berikutnya.
Bersambung.
Langganan:
Postingan (Atom)